1. Pemahaman tentang Retorika
Retorika sebagai salah satu cabang ilmu mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam kehidupan bertutur. Menguasai ilmu retorika dan keterampilan dalam mempergunakan bahasa secara tepat, dapat meningkatkan kemampuan dan dapat mengalami kesuksesan dalam hidup. Sejak zaman Yunani-Romawi sampai sekarang para ahli filsafat dan ilmu pengetahuan mengemukakan pandanganpandangan tentang retorika. Secara rinci, konsep retorika diuraikan sebagai berikut.
Syafi’ie (1988:1) menyatakan secara etimologis kata retorika berasal dari bahasa Yunani “Rhetorike” yang berarti seni kemampuan berbicara yang dimiliki oleh seseorang. Dari definisi ini dapat dipahami bahwa retorika merupakan aktivitas manusia dengan bahasanya yang terwujud dalam sebuah kegiatan berkomunikasi.
Keraf (1994:3) juga menyatakan pengertian retorika adalah sebuah telaah atau studi yang simpatik mengenai oratoria atau seni berpidato. Kemampuan dan kemahiran berbahasa waktu itu diabdikan untuk menyampaikan pikiran dan gagasan melalui pidato-pidato kepada kelompok-kelompok massa tertentu guna mencapai tujuan tertentu.
Aristoteles (dalam Syafi’ie, 1988:1) juga memandang retorika sebagai “the facult of seeing in any situation the available means of persuasion” Menurut pengertian ini, Aristoteles mengartikan retorika sebagai kemampuan untuk melihat perangkat alat yang tersedia dalam mempersuasi. Kemampuan melihat dalam pengertian ini ditafsirkan sebagai kemampuan untuk memilih dan menggunakan. Alat perangkat yang tersedia berupa bahasa dan segala aspeknya. Jadi, retorika menurut Aristoteles ialah kemampuan untuk memilih dan menggunakan bahasa dalam situasi tertentu secara efektif untuk mempersuasi orang lain. Persuasi dalam pengertian ini diartikan secara positif, yaitu menjdikan orang lain mengetahui, memahami dan menerima maksud yang disampaikan sebagai pesan atau isi komunikasi.
Retorika dipandang sebagai studi yang paling sentral dalam berbagai studi kemanusiaan. Oleh sebab itu, pada awalnya retorika memang diartikan sebagai kesenian untuk berbicara, baik yang dicapai berdasarkan bakat alam ataupun berdasarkan ketermapilan teknis. Dewasa ini retorika diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dipergunakan dalam proses komunikasi antarmanusia. Dalam hal ini kesenian berbicara tersebut bukan berarti berbicara lancar tanpa adanya jalan pikiran yang jelas dan tanpa isi dari berbicara itu sendiri, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara atau berpidato dengan singkat, jelas, padat dan mengesankan (Hendrikus, 1991:14).
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, jadi saya menyimpulkan bahwa 1) retorika merupakan ilmu yang mempelajari kepandaian berbicara di depan umum; 2) retorika merupakan bertutur secara efektif dengan menggunakan bahasa lisan maupun tulisan sebagai media atau bahan dasar dalam mengungkapkan gagasan, dan 3) retorika merupakan ilmu yang mempelajari cara untuk menyusun komposisi kata-kata agar bisa memberikan pesan dengan baik kepada pendengar/pembaca. Lebih daripada itu, retorika juga sangat penting bagi kehidupan keseharian setiap manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun dalam berkomunikasi terdapat unsur persuasi yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku.
2. Tema Pidato: Pembangunan pendidikan karakter untuk mengatasi permaslaahan moral di kalangan anak usia remaja. A. Fungsi :
Dalam teks pidato, sang orator menaruh kepedulian terhadap permasalahan moral remaja saat ini. Dalam pidato tersebut mengandung orasi atau seruan mengajak pendengar untuk turut serta dalam memperbaiki permasalahan moral tersebut, yakni salah satunya dengan cara memberi pendidikan karakter kepada remaja tersebut. Dengan demikian pidato ini merupakan pidato yang berfungsi untuk memaparkan, memnegaruhi, dan mengajak pendengar ataupun khalayak untuk ikut meyakini hal-hal yang disampaikan, baik berupa fakta maupun argumen dalam mengatasi permasalahan moral di kalangan anak remaja. Dengan pidato persuasif tersebut, sang orator dapat menyampaikan pidatonya untuk menyadarkan khalayak dengan menyajikan latar belakang, fakta-fakta serta argumen yang logis.
Adapun fungsi lain dari pidato persuasi ini adalah sebagai berikut.
Untuk mengekspresikan gagasan yang tersusun secara sistematis dan logis
Memudahkan dalam penstrukturan gagasan sehingga memudahkan pendengar dalam memahami isi pidato
Memudahkan dan mengembangkan topik pidato ke dalam unit yang lebih rinci
Memudahkan dan mengondisikan hubungan antar kalimat agar saling berkaitan satu sama lain
Mempermudah dalam memahami peralihan gagasan dari pidato yang terdiri dari beberapa kalimat.
B. Struktur
Struktur teks persuasi menurut Kosasih (2017) adalah sebagai berikut.
Pengenalan isu, yakni berupa pengantar atau penyampaian tentang masalah yang menjadi dasar tulisan atau pembicaraannya itu.
Jika dikaitkan dengan pidato ini maka pengenalan isu yang menjadi dasar dari tulisan/pembicaraan tersebut ialah permasalahan turunnya moral di kalangan remaja, dan kehidupan remaja yang saat ini mengabaikan nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
Rangkaian argumen terkait dengan isu yang dikemukakan pada bagian sebelumnya. Pada bagian ini dikemukakan pula sejumlah fakta yang memperkuat argumen-argumennya itu.
Jika dikaitkan dengan pidato ini maka rangkaian argumen dari sejumlah fakta yang dapat menguatkan isu terlihat ketika sang orator/pembicara menyampaikan data yang berasal dari lembaga independen yang memaparkan fakta mencenangkan bahwasanya 65% remaja saat ini sudah pernah melakukan hubungan seksual seperti ciuman, seks bebas, dan bahkan berhubungan dengan sesama jenis. Adapun rangkaian sejumlah fakta yang memperkuat argumen terkait dengan isu tersebut terlihat ketika sang orator/pembicara menyampaikan data yang dikeluarkan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) yang menyatakan bahwa pengguna narkoba dari golongan remaja mencapai 79% pada tahun 2015, dan angka tersebut mengalami kenaikan sekitar 20% dari tahun lalu. Bahkan data tersebut menyebutkan juga bahwasanya setiap 7 menit terdapat korban yang meninggal dunia akibat penggunaan narkoba.
Pernyataan ajakan, yakni sebagai inti dari teks persuasi yang didalamnya ada suatu hal. Pernyataan ini mungkin disampaikan secara tersurat ataupun tersirat. Adapun kehadiran argumen berfungsi untuk mengarahkan dan memperkuat ajakan-ajakan tersebut.
Jika dikaitkan dengan pidato ini maka pernyataan ajakan dalam pidato ini terlihat setelah sang orator/pembicara membuktikan apa yang sedang terjadi di kalangan remaja saat ini berdasarkan data-data yang sebelumnya sudah dipaparkan. Lalu sang orator menyampaikan argumennya tentang mengapa hal tersebut dapat terjadi. Adapun argumennya yaitu karena berdasarkan penelitian terdahulu, ternyata pemuda atau remaja saat ini telah kehilangan karakternya sebagai ksatria. Hal itu disebabkan karena lemahnya pendidikan karakter yang mereka dapatkan baik di sekolah maupun di rumah. Lebih dari itu, sang orator juga berpendaoat bahwasanya sekolah saat ini hanya mengutamakan pendidikan yang mengejar hasil berupa nilai daripada mendidik anak agar mempunyai karakter yang baik dan mulia. Hal tersebut dapat dilihat dari berkurangnya jam PPKN di sekolah. Maka dari itu sang orator menyarankan agar anak remaja bisa mendapatkan pendidikan karakter baik itu di lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah. Tujuannya agar tercipta karakter yang baik dan mulia dan diharapkan kelak para generasi muda mempunyai visi besar dalam membangun bangsa dan negara.
Penegasan kembali atas pernyataan-pernyataan sebelumnya yang biasanya ditandai oleh ungkapan-ungkapan seperti demikianlah, dengan demikian, oleh sebab itu, oleh karena itulah.
Jika dikaitkan dengan pidato ini maka penegasan kembali atas pernyataanpernyataan sebelumnya ditandai dengan ungkapan “oleh sebab itu”. Sebagaimana terlihat pada kalimat berikut ini. “Oleh sebab itu, yang kita butuhkan saat ini adalah contoh pendidikan karakter agar dapat mengatasi permasalahan yang terjadi”. Maksud dari kalimat tersebut adalah penegasan kembali atas pernyataan sebelumnya yang menjelaskan bahwasanya pendidikan karakter sangat berperan aktif dalam mengatasi permasalahan penuruan moral di kalangan remaja ataupun kehidupan remaja yang kini mengabaikan nilainilai dan norma yang berlaku di masyarakat. C. Kaidah Bahasa:
Kaidah bahasa dalam teks pidato persuasif ini adalah sebagai berikut.
Menggunakan pernyataan langsung atau kata-kata sapaan orang kedua.
Jika dikaitkan dengan pidato ini maka pidato ini menggunakan kata sapaan orang kedua yaitu hadirin.
Menggunakan kata-kata di bidang ilmu (kata-kata teknis atau periistilahan) yang berkenaan dengan topik yang dibahas
Jika dikaitkan dengan pidato ini maka kosa kata bidang ilmu dalam pidato ini terlihat pada kata “hedonis”. Filsuf Yunani Kuno, Aristippus menjadi salah satu peletak dasar konsep filsafat hedonisme. Berangkat dari pertanyaan “What really constitutes the good life”? yang dilemparkan oleh Socrates, Aristippus memunculkan paham yang secara maksimal mengejar kebahagiaan ini. Dalam tulisan Gregory Sadler bertajuk Epicurus Handout: Comparison between
Aristippus’ and Epicurus’Hedonism disebutkan bahwa hedonis menurut teori Aristippus meyakini bahwa di dunia ini hanya ada dua hal: kesenangan dan rasa sakit.
Teori hedonisme kemudian dikembangkan oleh Epicurus. Jika Aristippus lebih banyak menekankan kesenangan secara fisik, Epicurus justru sebaliknya, ia menekankan pula kesenangan mental. Bahkan kebahagiaan menurut Epicurus sudah tidak terganggu dengan adanya sakit secara mental maupun fisik. Dengan kata lain, kebahagiaan terbesar adalah kebebasan dari rasa takut dan ketiadaan rasa sakit.
Adapun kata ilmiah yang kedua dalam pidato ini terlihat pada kata “lembaga independen”. Lembaga independen dalam konsep ilmu hukum merupakan lembaga pemerintah dan non-pemerintah yang terbebas dari pengendalian oleh pemerintah dan pembuat kebijakan (legislatif), bebas dari pengendalian oleh pemanfaatan kelompok, dan bebas dari kepentingan tertentu, serta bersifat netral.
Selain itu terdapat pula kata ilmiah dalam pidato ini yakni terlihat pada kata “Badan Narkotika Nasional (BNN)”. Berangkat dari konsep ilmu hukum, BNN adalah sebuah lembaga pemerintah non-kementerian (LPNK) Indonesia yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan, dan peredaran gelap psikotropika, precursor dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif tembakau dan alkohol.
Selanjutnya kosa kata bidang ilmu juga terlihat pada kata “PPKN”. Konsep kata PPKN dalam bidang ilmu pengetahuan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan warga negara serta pendidikan pendahulu bela negara. Tujuannya agar peserta didik dapat menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Adapun pengertian lain dari PPKN sendiri yaitu sebagai mata pelajaran yang bertujuan membentuk pembentukkan karakter/karakteristik warga negara dalam berbagai hal, terutama membangun bangsa dan negara dan mengandalkan pengetahuan dan kemampuan dasar dari mata pelajaran PPKN dengan materi pokoknya demokrasi politik atau peran warga negara dalam aspek kehidupan.
Kemudian kosa kata terakhir yaitu terlihat pada kata “hubungan seksual”. Hubungan seksual berdasarkan konsep ilmu pengetahuan merupakan konteks seksual yang dilakukan berpasangan dengan lawan jenis atau sesama jenis. Contohnya pegangan tangan, cium kering, cium basah, petting, intercourse dan lain-lain.
Menggunakan kata-kata penghubung yang argumentatif. Misalnya, jika..maka.., sebab, karena, dengan demiikian, akibatnya, oleh sebab itu, oleh karena itu…
Jika dikaitkan dengan pidato ini maka kata-kata penghubung yang argumentatif dapat dilihat dari kutipan berikut ini. “Setelah diteliti ternyata pemuda atau remaja saat ini telah kehilangan karakternya sebagai ksatria. Hal ini disbeabkan karena lemahnya pendidikan karakter yang mereka dapatkan baik di sekolah maupun di rumah”. Kata “disebabkan”, merupakan kata penghubung argumentatif dari alasan mengapa pemuda atau remaja saat ini telah kehilangan karakternya sebagai ksatria.
Adapun kata penghubung argumentatif lainnya juga terlihat pada kutipan berikut ini. “Lebih dari itu, sekolah saat ini hanya mengutamakan pendidiikan yang mengejar hasil berupa nilai daripada mendidik anak agar mempunyai karakter yang baik dan mulia. Hal ini bisa dilihat dari berkurangnya jam PPKN di sekolah. Oleh sebab itu, yang kita butuhkan saat ini adalah contoh pendidikan karakter agar dapat mengatasi permasalahan yang terjadi”. Kata “oleh sebab itu”, merupakan kata penghubung penguatan argumentatif dari alasan betapa pentingnya pendidikan karakter dalam mengatasi permasalahan moral yang terjadi di kalangan anak remaja.
Menggunakan kata-kata kerja mental seperti diharapkan/harapannya, memprihatinkan, memperkirakan, mengagumkan, menduga, berpendapat, berasumsi, menyimpulkan.
Jika dikaitkan dengan pidato ini maka kata-kata kerja mental yang ada dalam pidato ini yaitu kata “harapannya”. Terlihat pada kalimat berikut ini “Terima kasih saya ucapkan atas waktu dan tempat yang telah diberikan kepada saya untuk menyampaikan pidato singkat tentang pendidikan karakter yang harapannya kelak para generasi muda yang mempunyai visi besar dalam membangun bangsa ini”. Dari kalimat ini terlihat bahwa sang orator sangat mengharapkan melalui pidato singkat yang telah disampaikannya mengenai pendidikan karakter, dapat berguna untuk merubah para generasi muda agar mempunyai visi besar dalam membangun bangsa dan negara.
Menggunakan kata-kata perujukan, seperti berdasarkan data…, merujuk pada.. Pernyataan-pernyataan seperti itu digunakan untuk lebih meyakinkan dan memperkuat bujukan yang digunakan sang orator sebelum atau sesudahnya.
Jika dikaitkan dengan pidato ini, maka terdapat kata-kata perujukan yang merujuk berdasarkan data dari beberapa lembaga, misalnya salah satu lembaga independen. Sebagaimana terlihat pada kutipan berikut ini. “Hal ini bisa dilihat dari data yang telah disampaikan oleh beberapa lembaga. Misalnya salah satu lembaga independen yang memaparkan fakta mencengangkan bahwa 65% remaja saat ini sudah pernah melakukan hubungan seksual, seperti ciuman, seks bebas, dan bahkan berhubungan dengan sesama jenis”.
Kemudian, kata-kata rujukan tersebut juga terlihat pada saat sang orator menyampaikan rujukan data yang dikeluarkan oleh Badan Narkotika Nasional
(BNN). Sebagaimana terlihat pada kutipan berikut ini. “Tidak hanya itu, data yang dikeluarkan oleh BNN tidak kalah mengherankan. Mereka mengeluarkan data bahwa pengguna anrkoba dari golongan remaja mencapai 79% pada tahun 2015”.
Adapun kata-kata rujukan tersebut juga terlihat pada saat sang orator menyampaikan rujukan data yang dikeluarkan oleh penelitian sebelumnya. Sebagaimana terlihat pada kalimat berikut ini. “Setelah diteliti ternyata pemuda atau remaja saat ini telah kehilangan karakternya sebagai ksatria”.
Sinonim, adalah bentuk persamaan atau padanan dari makna kata yang diucapkan.
Terdapat kata sinonim dalam pidato ini yaitu terlihat pada kalimat “setelah diteliti ternyata pemuda atau remaja saat ini telah kehilangan karakternya sebagai ksatria”. Maksud dari “ksatria” disini memiliki persamaan kata dengan kata “beradab”, “berbudi”, “bermoral”, “bersusila”, serta “sopan”
Kata benda abstrak, yang merupakan sebuah kata benda yang tidak ada wujudnya atau sebuah benda yang tidak bisa dilihat oleh mata.
Jika dikaitkan dengan pidato ini maka kata benda abstrak tersebut dapat ditemui pada kata “karunia”. Mengingat bahwasanya kata “karunia” merupakan kata yang tidak dapat diterima oleh pancaindra.
Menggunakan kalimat yang bersifat membangun
Kalimat yang bersifat membangun dalam pidato ini terlihat pada kalimat “Oleh sebab itu, yang kita butuhkan saat ini adalah contoh pendidikan karakter agar dapat mengatasi permasalahan yang terjadi”. Kalimat tersebut sangatlah membangun untuk guru ataupun orang tua agar dapat mengajarkan pendidikan karakter kepada seorang anak dengan tujuan untuk menjauhkan anak dari perilaku yang negatif, dan menciptakan karakter seorang anak yang mulia, baik dan berguna untuk bangsa dan negara.
Terdapat kata-kata ajakan, perintah ataupun suatu rekomendasi terhadap suatu hal yang dapat memengaruhi pembaca/pendengarnya menjadi melakukan hal tersebut.
Dalam pidato ini terdapat kata-kata ajakan atau rekomendasi untuk lembaga sekolah dan orang tua tentang pentingnya pembangunan pendidikan karakter bagi anak remaja dalam upaya mengatasi permasalahan moral di kalangan remaja ataupun kehidupan remaja yang kini telah mengabaikan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Contohnya seperti remaja yang melakukan hubungan seksual secara bebas, penggunaan narkoba, serta sikap hidup hedonis. Dengan pembangunan pendidikan karakter diharapkan kelak terciptanya generasi muda yang berguna bagi bangsa dan negara serta mempunyai visi besar dalam membangun bangsa ini. Adapun pembangunan pendidikan karakter ini juga diharapkan agar anak dapat mempunyai karakter yang baik dan mulia.
Penilaian Pidato
Aspek
Nilai
Penjelasan
1
2
3
4
Pidato yang lugas
2
Sebuah pidato harus menyampaikan langsung mengenai pokok-pokok pemikirannya saja, dan tidak boleh menyimpang ke sana-sini, serta kalimatnya tidak berbelit-belit.
Jika dikaitkan dengan pidato ini, maka pidato ini cukup lugas walaupun terdapat beberapa kata yang sedikit berbelit-belit. Hal ini terlihat pada penggunaan kata “yang” yang kurang efektif. Sebagaimana ditunjukkan dalam kalimat berikut
ini. “Terima kasih saya ucapkan atas waktu dan tempat yang telah diberikan kepada saya untuk menyampaikan pidato singkat tentang pendidikan karakter yang harapannya kelak para generasi muda yang mempunyai visi besar dalam membangun bangsa ini”.
Pidato yang jelas
4
Dalam setiap pidato, pembicara harus mengungkapkan pemikirannya sedemikian rupa, sehingga tidak hanya sedapat mungkin isinya dapat dimengerti. Jika dikaitkan dengan pidato ini maka pembicara dalam pidato ini memilih ungkapan dan susunan kalimat yang tepat dan jelas dengan tujuan untuk menghindari salah pengertian.
Pidato yang
memiliki hidup
4
Sebuah pidato yang baik itu harus hidup. Pidato ini baik karena pidato ini hidup. Terlihat pada saat menghidupkan pidato menggunakan kejadian-kejadian akan fakta yang ada tentang penurunan moral remaja yang relevan dengan saat ini sehingga memancing perhatian para pendengar. Pidato ini hidup dan menarik karena diawali dari sebuah ilustrasi sesudah itu ditampilkan pengertian-pengertian abstrak atau definisi terkait isu permasalahan moral di kalangan remaja, seperti
sikap hidup hedonis, hubungan seksual secara bebas, dan juga penggunaan narkoba di kalangan remaja.
Pidato yang
memiliki tujuan
4
Setiap pidato harus memiliki tujuan, yaitu apa yang mau dicapai. Tujuan ini harus dirumuskan dalam satu atau dua pikiran pokok. Dalam membawakan pidato, tujuan ini hendaknya sering diulang dalam rumusan yang berbeda, supaya pendengar tidak kehilangan benang merah selama mendengarkan pidato. Jika dikaitkan dengan pidato ini maka kalimat-kalimat yang merupakan tujuan dan kalimat pada bagian penutup pidato ini dirumuskan secara singkat, jelas dan padat. Pidato ini menyodorkan satu pikiran dan tujuan yang jelas sehingga mudah diingat. Pikiran dan tujuan tersebut ialah pendidikan karakter yang berperan penting dalam mengatasi permasalahan sosial di kalangan anak remaja.
Pidato yang
memiliki klimaks
4
Suatu pidato yang hanya membeberkan kejadian demi kejadian atau kenyataan demi kenyataan akan sangat membosankan. Oleh karena itu dalam pidato ini, kenyataan atau kejadian-kejadian itu dikemukakan dalam gaya bahasa klimaks. Pidato
ini berusaha mencapai titik-titik puncak untuk memperbesar ketegangan dan rasa ingin tahu pendengar. Selama masa persiapan, titik-titik puncak tersebut dirumuskan sebaik dan sejelas mungkin. Klimaks dalam pidato ini muncul secara organis dari dalam pidato itu sendiri dan bukan karena mengharapkan tepukan tangan yang riuh dari para pendengar. Klimaks tersebut dirumuskan dan ditampilkan secara tepat yang nantinya akan memberikan bobot kepada pidato ini. Pidato ini menimbulkan rasa ketegangan dan rasa ingin tahu pendengar ketika kalimat berikut dimunculkan.
“Lantas dimanakah peran pendidikan sekolah, guru dan orang tua? Mengapa para remaja saat ini terjerumus ke dalam kehidupan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat kita?”
Pidato yang
memiliki pengulangan
4
Pengulangan atau redudans itu penting, karena dapat memperkuat isi pidato dan memperjelas pengertian pendengar. Pengulangan dalam pidato ini sangat tepat karena dirumuskan secara baik dan memberi efek yang besar dalam ingatan para pendengar. Pengulangan yang dimaksudkan adalah pengulangan isi
pesan dan bukan rumusan. Hal ini berarti isi dan arti tetap sama, akan tetapi dirumuskan dengan mempergunakan bahasa yang berbeda. Masalahnya tetap sama, hanya diberi pakaian yang baru dan menarik. Letak pengulangan pesan itu di posisi awal pembukaan dan posisi akhir penutupan. Pengulangan pesan itu ialah tentang betapa pentingnya pendidikan karakter bagi seorang anak remaja untuk menciptakan remaja yang berkarakter baik dan mulia bahkan dapat berguna bagi bangsa dan negara.
Pidato yang berisi hal-hal mengejutkan
4
Sesuatu itu mengejutkan karena itu mungkin belum pernah ada dan terjadi sebelumnya atau karena meskipun masalahnya biasa dan terkenal, tetapi ditempatkan di dalam konteks atau relasi yang baru dan menarik. Jika dikaitkan dengan pidato ini maka, pidato ini memunculkan hal-hal yang mengejutkan, dalam artian menciptakan hubungan yang baru dan menarik antara kenyataankenyataan yang di situasi biasa tidak dapat dilihat. Hal-hal yang mengejutkan itu dapat menimbulkan ketegangan yang menarik dan rasa ingin tahu yang besar, tetapi tidak dimaksudkan sebagai sensasi.
Sebagaimana terlihat dari pemaparan data yang mengejutkan, bahwasanya 65% remaja saat ini sudah pernah melakukan hubungan seksual seperti ciuman, seks bebas, dan bahkan berhubungan dengan sesama jenis.
Adapun data yang lebih mencengangkan lagi bahwasanya pengguna dari golongan remaja mencapai 79% pada tahun 2015. Angka ini mengalami kenaikan sekitar 20% dari tahun lalu. Bahkan BNN juga menyatakan bahwa setiap 7 menit terdapat korban yang meninggal dunia akibat penggunaan narkoba.
Pidato yang ruang lingkupnya terbatas
4
Setiap pidato harus dibatasi ruang lingkupnya. Alasannya karena seorang orator tidak boleh membeberkan segala soal atau masalah dalam satu pidato. Mengingat bahwasanya pidato yang isinya terlalu luas akan menjadi dangkal. Oleh karena itu pidato ini hanya dibatasi pada satu soal/permasalahan saja yaitu permasalahan tentang penurunan moral di kalangan anak remaja.
Pidato yang mengandung humor
1
Tidak adanya humor dalam pidato ini. Padahal humor dalam pidato itu perlu, hanya saja tidak boleh terlalu banyak, sehingga memberi kesan
Teks Pidato
Susunlah sebuah teks pidato dengan memilih salah satu topik berikut.
Topik: Masalah Keagamaan
Alasan pemilihan topik berdasarkan empat pertimbangan berikut.
Kesesuaian dengan latar belakang dan pengetahuan Anda sebagai penulis/orator.
Saya memilih topik ini karena melihat latar belakang saya yang berasal dari keluarga keturunan pesantren, dimana ayah saya juga merupakan seorang ustad menjadikan saya sering berdiskusi bersama keluarga tentang ilmu pengetahuan agama islam. Dimulai dari diskusi tersebut saya pun semakin memperdalam ilmuilmu pengetahuan islam tersebut dengan bukan hanya bersumber dari ayah ataupun keluarga saya saja, melainkan juga bersumber dari bacaan-bacaan di buku-buku terkait ilmu pengetahuan islam ataupun artikel jurnal tentang pengetahuan islam. Salah satu contoh bacaannya seperti pidato yang akan saya buat nanti, yaitu mengenai Ketauladanan Rasulullah Saw., di sepanjang masa hidupnya. Dengan demikian dalam pidato ini saya akan mengangkat topik tersebut dengan segala pengetahuan yang ada dalam diri saya.
Menarik minat dan sesuai dengan pengetahuan pembaca/pendengarnya.
Pidato ini saya buat karena sesuai dengan minat saya terhadap informasi mengenai Ketauladanan Rasulullah Saw., yang patut di contoh oleh umat islam.
Adapun kesesuaian dengan pengetahuan pembaca/pendengarnya yang berasal dari kalangan umat islam juga. Jadi sudah dipastikan bahwasanya seluruh umat islam di Indonesia bahkan di dunia mengetahui dan mengakui Rasulullah merupakan suri tauladan bagi umat islam.
Ruang lingkup jelas dan spesifik.
Mengingat seorang pembicara tidak boleh membeberkan segala soal atau masalah dalam satu pidato. Oleh karena itu pidato harus dibatasi pada satu atau dua soal tertentu saja. Pidato yang isinya terlalu luas akan menjadi dangkal. Dalam hal ini, pidato yang saya buat ruang lingkupnya jelas dan spesifik yaitu hanya mengangkat satu persoalan saja mengenai Ketauladanan Rasulullah Saw., di semasa hidupnya.
Sesuai dengan waktu dan situasi.
Mengingat bahwasanya sudah dipastikna nanti pada tanggal 12 Rabiul Awal 144 H, yang bertepatan pada tanggal 29 Oktober 2020, seluruh kaum muslim merayakan maulid Nabi Muhammad Saw., tidak lain yang merupakan warisan peradaban Islam yang dilakukan secara turun-temurun. Maka dari itu, pidato yang saya buat ini sesuai dengan waktu dan situasi pada saat itu.
Perjelas pula tujuan pidato tersebut secara spesifik
Topik
Tujuan
Umum
Khusus
Rasulullah Saw., sebagai suri tauladan bagi semua umat islam
Untuk memperingati hari kelahiran sosok nabi dan rasul terakhir sebagai bentuk tasyakur umat islam kepada
Allah Swt., atas dilahirkannya Nabi Muhammad Saw., yang dimana kegiatan tersebut sarat dengan serangkaian
1. Agar umat islam lebih mengenal dan mencintai Nabi Muhammad Saw.
Tanda-tanda kita cinta dan kenal adalah kita kenal Nabi dan sejarahnya, dan dengan sejarah yang ditinggalkan Nabi untuk umatnya tersebut kita dapat mengetahui
ritual-ritual sakralistiksimbolik kesilaman.
kepribadian Nabi
Muhammad Saw.
Untuk memahami perspektif sosio antropologis Islam tentang
Nabi Muhammad Saw., yang dapat di pahami dalam dua dimensi sosial yang berbeda dan saling melengkapi.
Untuk mengetahui tujuan dirayakannya maulid Nabi
Muhammad Saw., di zaman dahulu dan di
zaman sekarang
Untuk mengenalkan dan mencontoh ataupun meneladani ketauladan Nabi Muhammad Saw., sebagai pembawa ajaran agama Islam. Tercatat dalam sepanjang sejarah kehidupan, bahwa Nabi Muhammad Saw., adalah pemimpin besar yang sangat luar biasa dalam memberikan suri tauladan bagi umat Islam.
Rumuskanlah terlebih dahulu teks pidato tersebut dengan kerangka sebagai berikut.
Bagian-Bagian
Pidato
Pengembangan Topik
a. Pembukaan
Salam Pembuka.
ucapan salam pembuka
ucapan rasa syukur kepada Allah Swt.
Pendahuluan
Pendahuluan berisi tentang gambaran dari isi pidato.
b. Isi
Isi pidato meliputi
Mengenal lebih jauh tentang Nabi Muhammad Saw., beserta sejarahnya.
Mengetahui perspektif sosio antropolgis islam tentang Nabi Muhammad Saw., dalam dua dimensi sosial yang berbeda dan saling melengkapi.
Tujuan dirayakannya maulid Nabi Muhammad Saw., di zaman dahulu dan di zaman sekarang.
Mengenalkan dan mengajak umat Islam untuk meneladani keteladanan Nabi Muhammad Saw., di semasa hidupnya.
Penutup
Penutup
kesimpulan,
harapan (yang berisi suatu anjuran saran kepada pendengar) 3. permintaan maaf
4. salam penutup.
Kembangkan kerangka pidato tersebut dengan ketentuan sebagai berikut.
Judul: Meneladani Yang Paling Suri Tauladan
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Tiada kata yang pantas untuk diucapkan kecuali memanjatkan puji syukur kehadiran Allah Swt., yang telah melimpahkan segala rahmat, taufik, dan hidayahnya kepada kita sekalian. Sehingga kita masih dapat menikmati anugerah terindah-Nya berupa kesehatan serta oksigen yang kita hirup tanpa harus membayar sepeser pun.
Selawat serta salam mudah-mudahan tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad Saw., yang telah menunjukkan kita dari jalan yang gelap gulita menuju jalan yang terang benderang.
Teman-temanku yang saya cintai,
Tanggal 12 Rabiul Awal 1442 H, bertepatan pada 29 Oktober 2020, seluruh kaum muslim merayakan maulid Nabi Muhammad SAW, tidak lain merupakan warisan peradaban Islam yang dilakukan secara turun-temurun.
Dalam catatan historis, Maulid dimulai sejak zaman kekhalifahan Fatimiyah di bawah pimpinan keturunan dari Fatimah Az-Zahrah, putri Muhammad. Perayaan ini dilaksanakan atas usulan panglima perang, Shalahuddin al-Ayyubi (1137M-
1193 M), kepada khalifah agar mengadakan peringatan hari kelahiran Muhammad.
Tujuannya adalah untuk mengembalikan semangat juang kaum muslimin dalam perjuangan membebaskan Masjid Al-Aqsha di Palestina dari cengkraman kaum Salibis. Yang kemudian, menghasilkan efek besar berupa semangat jihad umat Islam menggelora pada saat itu.
Secara subtansial, perayaan Maulid Nabi adalah bentuk upaya untuk mengenalkan keteladanan Nabi Muhammad sebagai pembawa ajaran agama Islam. Tercatat dalam sepanjang sejarah kehidupan, bahwa Nabi Muhammad adalah pemimpin besar yang sangat luar biasa dalam memberikan teladan agung bagi umatnya.
Dalam konteks ini, Maulid harus diartikulasikan sebagai salah satu upaya transformasi diri atas kesalehan umat. Yakni, sebagai semangat baru untuk membangun nilai-nilai profetik agar tercipta masyarakat madani yang merupakan bagian dari demokrasi seperti toleransi, transparansi, anti kekerasan, kesetaraan gender, cinta lingkungan, pluralisme, keadilan sosial, ruang bebas partisipasi, dan humanisme. Dalam tatanan sejarah sosio antropologis Islam, Nabi Muhammad dapat dilihat dan dipahami dalam dua dimensi sosial yang berbeda dan saling melengkapi.
Pertama, dalam perspektif teologis-religius, Nabi Muhammad dilihat dan dipahami sebagai sosok nabi sekaligus rasul terakhir dalam tatanan konsep keislaman. Hal ini memposisikan Nabi Muhammad sebagai sosok manusia sakral yang merupakan wakil Allah di dunia yang bertugas membawa, menyampaikan, serta mengaplikasikan segala bentuk pesan “suci” Allah Swt., kepada umat manusia secara universal.
Kedua, dalam perspektif sosial-politik, Nabi Muhammad dilihat dan dipahami sebagai sosok politikus andal. Sosok individu Nabi Muhammad yang identik dengan sosok pemimpin yang adil, egaliter, toleran, humanis, non-diskriminatif serta hegemonik, yang kemudian mampu membawa tatanan masyarakat sosial Arab kala itu menuju suatu tatanan masyarakat sosial yang sejahtera dan tentram.
Tentu, sudah saatnya bagi kita untuk mulai memahami dan memperingati Maulid secara lebih mendalam dan fundamental, sehingga kita tidak hanya memahami dan memperingatinya sebatas sebagai hari kelahiran sosok nabi dan rasul terakhir yang sarat dengan serangkaian ritual-ritual sakralistik-simbolik keislaman semata, namun menjadikannya sebagai kelahiran sosok pemimpin.
Karena bukan menjadi rahasia lagi bila kita sedang membutuhkan sosok pemimpin bangsa yang mampu merekonstruksikan suatu citra kepemimpinan dan masyarakat sosial yang ideal, egaliter, toleran, humanis dan non-diskriminatif, sebagaimana dilakukan Nabi Muhammad untuk seluruh umat manusia.
Kontekstualisasi peringatan Maulid tidak lagi dipahami dari perspektif keislaman saja, melainkan harus dipahami dari berbagai perspektif yang menyangkut segala persoalan. Misalnya, politik, budaya, ekonomi, maupun agama. Teman-temanku yang saya sayangi,
Nabi Muhammad dilahirkan ke dunia. Datangnya membawa tugas. Perginya meninggalkan bekas. Datangnya membawa tugas yang diselesaikan dalam 23 tahun. Datangnya ke dunia di perintah untuk memperbaiki budi pekerti (saleh/salihah akhlak) supaya umat ini menjadi umat yang sopan santun (makarimal akhlak)
Sopan terhadap siapa?
Sopan terhadap Allah Swt., yang telah menciptakan kita
Contohnya bagaimana? kita sebelum makan berdoa dulu bismillahirrohmanirrohim. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah adalah bentuk kesopanan kita kepada Allah. Dalam pembukaan UUD 1945 menyebutkan atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa merupakan bentuk kesopanan para pendahulu kita kepada Allah. Mereka mengakui bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia ini bukan karena pemberian sekutu, bukan pemberian Jepang dan bukan semata-mata karena perjuangan bangsa Indonesia melawan Belanda, melainkan adalah karena Rahmat Allah Yang Maha Kuasa.
Sopan terhadap agama yang kita peluk masing-masing.
Semua agama mengajarkan kesucian. Karena itu kita harus sopan dalam beragama. Dalam Al Quran kita dilarang untuk merusak sinagoge, gereja, ataupun masjid-masjid tempat nama Allah disebut. Maka kalau ada orang yang sampai merusak gereja atas nama agama, itu adalah kebohongan. Itu adalah atas nama hawa nafsu mereka sendiri.
Demonstrasi dengan meneriakkan Allahu Akbar sambil saling memukul, menghancurkan, itu juga bentuk ketidaksopanan kepada agama. Kalimat Allahu Akbar adalah kalimat pertama yang di baca pada waktu sholat, bagaimana bisa digunakan untuk sesuatu seperti itu. Kalau tidak setuju dengan sesuatu, maka lakukan dengan sopan pula. Penggusuran dengan meneriakkan Allahu Akbar, ini kan pelecehan terhadap agama dan bentuk ketidaksopanan kepada agama. Mereka tidak menyadari bahwa dengan berbuat seperti itu mereka telah berbuat tidak sopan kepada agama.
Sopan kepada diri sendiri
Bagaimana kita diperintah untuk menutup aurat adalah bentuk kesopanan pada diri sendiri dan sebaik-baik pakaian adalah pakaian takwa. Tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi yang diciptakan Allah ini ibarat sepet (kulit sabut kelapa merah), sedangkan berliannya adalah manusia, maka sopanlah kepada diri sendiri.
Sopan kepada orang tua
Jangan sampai kita durhaka seperti kisah bagaimana seorang orang tua dari desa yang berhasil menyekolahkan anaknya sampai menjadi sarjana dan orang yang sukses. Tetapi ketika orang tuanya datang tidak dihormati malah diusir. Ketidakrelaan orang tua menyebabkan anak itu dan keluarganya diazab oleh Allah dengan dihancurkan rumah dan keluarganya. Padahal seharusnya si anak bangga dengan orang tuanya yang tinggal di desa tersebut karena telah berhasil mendidik anaknya menjadi orang yang sukses dibandingkan dengan orang kota yang belum tentu berhasil mendidik anaknya menjadi orang yang sukses.
Sopan kepada masyarakat
Dalam kehidupan ini kita tidak bisa keluar dari masyarakat, maka kita harus sopan kepada masyarakat.
Sopan kepada ibu pertiwi
Hadis cinta tanah air bagian dari iman adalah bentuk kesopanan kepada ibu pertiwi. Pendahulu kita memberikan lambang negara berbentuk Garuda Pancasila melambangkan jiwa yang besar. Namun yang terjadi sekarang jiwa bangsa Indonesia sedang sakit kronis dengan semakin berkurangnya rasa Cinta Tanah Air. Di zaman sekarang ini globalisasi adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Namun tak ada satu negara pun yang mau di libas oleh negara lain. Satu-satunya cara adalah dengan menumbuhkan Cinta Tanah Air. Jepang ataupun Korea tidak sampai terlibas dalam era globalisasi karena mereka mempunyai akar yang kuat dengan Cinta Tanah Air.
Sedangkan pada siapa kita di ajar untuk santun?
Kita di ajar santun kepada anak-anak yatim. Kita di ajar santun kepada para fakir miskin. Kita di ajar santun kepada orang-orang yang teraniaya. Kita di ajar santun kepada orang-orang yang terkena bencana.
Dengan demikian kita sebagai umat islam harus mencontoh keteladanan Nabi Muhammad Saw., semasa hidupnya. Mengingat bahwasanya Rasululullah merupakan suri tauladan bagi umat islam. Sebagaimana Firman Allah dalam Surah
Al-Ahzab Ayat 21 yang artinya “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharapkan rahmat Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah”.
Sekian pidato dari saya, semoga pidato yang saya berikan ini dapat bermanfaat untuk teman-teman sekalian. Mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati.
Assalamu alaikum wr. wb.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H