Darni berjalan keluar menjauh dari anak-anaknya. Dia tak ingin mereka mendengar perbincangan mereka.
"Ya, Mas. Aku baru mau berangkat ke rumah mbak Surti. Dia mau membantu kita."
"Kamu mau ke rumah mbak Surti? Ya udah, aku juga ke sana, nanti kita ketemu di sana."
Darni terkejut. Dia tak percaya dengan pendengarannya. Bergegas dia memanggil kedua buah hatinya untuk segera berangkat ke rumah Surti. Dia keluarkan sepeda motor kesayangan suaminya. Perlahan dia meluncur bersama kedua anak-anaknya. Hatinya bergemuruh tak dapat memahami kenyataan bahwa suaminya akan ke rumah Surti juga. Ada rona kebahagiaan di wajahnya.
Sesampainya di rumah Surti, Doni dan Mira berlari masuk sambil memanggil kakak sepupunya. Darni masuk memarkir motornya perlahan, sambil menatap pintu, berharap melihat sosok suami  yang sangat dia rindukan. Surti menyambutnya dengan senyum.
" Assalamu'alaikum. Darni, ayo masuk," katanya lembut.
"Mas Harjo di mana? Dia sudah datang ?" Darni tak menjawab salam kakaknya. Matanya menatap ke setiap sudut rumah kakaknya. " Dia bilang mau menunggu di sini, mau ketemu aku dan anak-anak. Atau dia baru ke belakang?"
"Darni, Harjo tidak ke sini. Tak ada siapa pun di sini, kecuali aku dan Arsyil." Surti menjawab dengan keheranan.
Dengan panik dia mencoba menelepon suaminya.
"Mas, kamu di mana? Aku sudah ada di rumah mbak Surti dengan anak-anak.", katamya.
"Aku nggak jadi ke sana. Aku ada di warung mi depan sekolahan. Kalau kamu mau ketemu, segera datang ke sini. Karena aku harus segera pergi lagi," sahut suaminya datar.