Gejala-gejala itu terlihat setelah Darni melahirkan anak pertama mereka. Harjo terkadang cepat sekali berubah mood-nya. Dalam suatu kesempatan dia sangat antusias dengan kehidupannya, bercerita dan bercanda dengan anak-anak. Â Namun terkadang tiba-tiba Harjo terlihat murung , gelisah, dan badannya lemah seperti tanpa tulang. Bahkan saat anak mereka mengajak bercanda pun, Harjo marah dan menyuruh mereka pergi dengan kasar. Harjo seakan menjadi pribadi yang berbeda.Darni saat itu hanya berfikir, suaminya sedang memiliki beban batin yang tak bisa terungkapkan.
"Dar, Darni..., bagaimana ? " Suara Surti mengagetkan Darni.
"Ya, ya..ya,Mbak. Aku ke rumah mbak Surti sekarang," kata Darni.
Darni meraih kedua anaknya ke pangkuannya. Dia pandangi keduanya sambil tersenyum. Kemudian dia berkata,
" Doni, Mira.... Kalian kangen mas Arsyil ? Yuk, kita ke sana. Mau ?"
"Yieeyyy...! "
Kedua kakak beradik itu berteriak kegirangan. Segera mereka berdiri dan meloncat-loncat kegirangan, matanya berbinar-binar. Darni berkaca-kaca. Betapa kedua buah hatinya sangat memahami  keadaan orang tuanya. Doni dan Mira tak pernah menyusahkan mereka. Darni sangat bersyukur.
"Ayo, Bu ! Katanya ke rumah mas Arsyil," teriak Mira.
"Ayuuuk, kita bersiap-siap." Darni tersenyum dan memeluk mereka berdua erat-erat.
Tiba-tiba hand phone kembali berbunyi. Darni melepaskan pelukan anak-anaknya.
"Sebentar, ya. Kalian ganti baju dulu. Ibu angkat dulu telepon dari ayah,"