Kapan terakhir bertemu jarum suntik?
Akhirnya lengkap sudah vaksin yang saya dapatkan. Setelah menunggu dua minggu dari hari pertama saya divaksin, hari ini tubuh saya sudah mendapat kedua kalinya. Saya bersyukur karena apa yang saya khawatirkan tidak menjadi kenyataan. Alhamdulillah, semua berjalan dengan baik.
Vaksin Pertama, Saya Juga Deg-degkan
Kalau teman saya tidak memberitahu saya malam itu, saya mungkin akan melewatkannya.
Sebelumnya saya tidak pernah menyangka akan mendapatkan jatah vaksin secepat ini. Bagaikan dua sisi, di salah satu sisi saya senang karena kesempatan untuk divaksin terlebih dahulu. Namun, di sisi lain saya juga ada rasa deg-degkan, takut, dan perasaan tidak enak yang hinggap dipikiran. Pikiran yang ke mana-mana sampai-sampai terbawa mimpi~
Sempat terlintas pikiran untuk tidak usah. Akan tetapi saya sadar bahwa divaksin bukanlah semata-mata mengikuti anjuran pemerintah tetapi untuk diri saya sendiri.
Apalagi saya termasuk orang yang harus bekerja di rumah sakit yang menangani pasien COVID-19. Hal yang membuat saya sadar bahwa ini penting untuk saya lakukan. Ya, meski tidak bertemu langsung dengan pasien, namun setiap hari saya harus berada di lokasi yang sama dengan mereka. Mengingat penyebaran COVID-19 juga masih tinggi, vaksin jadi cara untuk memproteksi diri yang sebaiknya saya jalani.
Sabtu pagi, setelah saya menyelesaikan webinar sekaligus mengumpulkan keberanian, saya berangkat ke rumah sakit untuk divaksin. Sampai di sana, seperti alur pelayanan vaksinasi yang sudah banyak disosialisasikan, saya harus mengikuti alur 4 meja.
Meja pertama, saya sebagai calon penerima vaksin melakukan registrasi dengan menunjukkan kartu identitas. Selanjutnya, saya diberi kuesioner untuk skrining awal. Seperti adakah alergi, komorbid, dan pertanyaan terkait kondisi tubuh lainnya
Lanjut ke meja kedua, petugas kesehatan melakukan pemeriksaan tekanan darah dan suhu. Setelah dinyatakan sehat, proses vaksinasi baru dapat dilakukan.
Ada yang tidak saya lupa di meja kedua ini, di mana hasil tekanan darah saya begitu sempurna di 120/80. Saya pikir ini karena saya deg-degkan, dan pikiran itu seperti diiyakan petugas yang memeriksa saya. hehe.
Setelah dinyatakan sehat, saya ke meja tiga untuk diberikan vaksin. Di sini saya juga jadi kepikiran, "kapan terakhir saya disuntik, ya?"
Tarik napas.
Suntik vaksin selesai dalam hitungan menit. Ya, ternyata tidak semengerikan yang dibayangkan. Tahu-tahu sudah.
Suntik selesai, saya lanjut ke meja terakhir, meja empat. Di sini saya diobservasi selama 30 menit untuk memantau kemungkinan KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) dan mendapatkan kartu vaksinasi untuk dibawa lagi divaksinasi kedua.
Masa-masa Setelah Vaksin Pertama
Seusai divaksin, saya sempat mendapatkan informasi tentang hal yang mungkin bisa terjadi pascaimunisasi. Katanya ada yang mengeluh mengantuk, ada juga yang mengeluh nafsu makan meningkat.
Alhamdulillah, saya sepertinya biasa saja. Tidak merasakan apa-apa, kecuali bekas suntikan yang memang wajar terasa pegal.
Yang agak nekat malahan di hari berikutnya, minggu, saya sempat kehujanan nyaris seharian. Sempat khawatir di hari senin akan meriang, rupanya saya sehat-sehat saja. Entah mengapa saya justru merasa lebih fit setelah divaksin.
Oya, selama pascaimunisasi saya juga mempersiapkan buah-buahan dan memilih makanan untuk dikonsumsi. Saya berusaha untuk memberikan tubuh saya asupan yang baik karena saya tahu tubuh saya sedang bekerja keras setelah divaksin.
Vaksin Kedua Sudah Terbiasa Meski...
Empat belas hari berlalu, hari sabtu yang kedua setelah vaksin sudah datang lagi.
Tidak seperti yang pertama, vaksin yang kedua saya jauh lebih siap. Setelah sarapan, saya bergegas ke rumah sakit. Meski hujan tidak kunjung reda, saya terjang. Sesemangat itu.
Ya, karena akan percuma jika vaksinasi hanya dilakukan sekali. Kekebalan tubuh tidak terbentuk jika hanya sekali vaksin. Untuk membentuk kekebalan tubuh, setidaknya butuh waktu setidaknya 2-3 minggu setelah suntikan kedua.
Untuk alur vaksinasi yang kedua juga tidak jauh berbeda. Malahan lebih cepat, karena data saya sudah tercatat sehingga tinggal menunggu antrian saja.
Karena tidak sedeg-degkan yang pertama, meja dua menghasilkan tekanan darah saya yang biasanya. Memang tetap normal, namun diangka 110/70. Hehehe.
Dari meja satu sampai empat, Alhamdulillah semua terlewati dengan lancar jaya. Keluhan yang saya alami hanya merasa lebih pegal saja bekas suntikannya, selebihnya aman.
Seperti yang kata presiden, meski sudah divaksin, saya -dan juga teman-teman yang sudah- tetap perlu disiplin menjalankan protokol kesehatan, lho. Jangan pikir dengan sudah divaksin berarti menjadi bebas karena tidak akan bisa terkena korona. Kata siapa?
Buat teman-teman yang belum atau akan mendapatkan vaksin, jangan takut, ya. Tenang, vaksinnya sudah suci dan halal, kok. Yuk, vaksinasi melindungi diri, melindungi negeri.
Mau di lengan kanan atau kiri?
Salam,
Listhia H. Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H