Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Karena Dipelukan Ibu, Duniaku Baik-baik Saja

6 Desember 2020   23:19 Diperbarui: 15 Desember 2020   22:43 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain cinta, satu kata berjuta cerita adalah Ibu.

Masuk bulan Desember, bulan penutup tahun yang menyimpan banyak perayaan. Seperti di tanggal 22 nanti yang menjadi hari spesial untuk seseorang yang melahirkan kita ke dunia. Ibu.

Namun sejatinya, mengingat dan mengatakan sayang kepada Ibu tidaklah harus menunggu perayaan itu. Di setiap waktu, di setiap detik yang kita miliki, kita punya kesempatan untuk mengatakannya bukan?

Lewat Ibu, Kita Ada Hari Ini

Melalui Ibu, kita dilahirkan, dirawat dengan kasih sayang, diberikan segala yang terbaik bahkan ketika kita belum resmi lahir ke dunia. Masih asyik di dalam rahim, kadang menendang tapi tetap disayang.

Menjadi seorang ibu tidaklah gampang. Menjadi Ibu adalah tanggungjawab yang besar. Itulah mengapa semuanya harus sudah benar-benar  siap semenjak menjadi calon Ibu.

Gizi setiap anak saat membuka pertama mata pertama kali di dunia adalah cerminan gizi ibu. Ibu hamil dengan status gizi yang baik akan melahirkan bayi yang sehat. Begitupun sebaliknya, jika Ibu mengalami kurang gizi  (seperti Kurang Energi Kronis/KEK), bayi yang terlahir akan berisiko memiliki berat badan lahir rendah (BBLR) atau kurang dari 2.500 gram.

Sewaktu saya menulis ini, saya iseng bertanya pada Ibu yang lebih sering saya panggil dengan Mama. Soal berat badan saya ketika lahir. Ternyata Mama menyebutkannya tanpa perlu banyak waktu berpikir dan bukan hanya soal berat badan saya, tetapi juga kakak dan adik saya.

Secara berurutan berat kami adalah 2.9 kilogram, 3.0 kilogram dan juga 3.3 kilogram. Nampaknya Mama selalu memperbaiki gizi setiap anaknya lahir. Terima kasih, Ma untuk ingatan yang tidak lekang waktu dan apa yang diberikan semasa kami di rahimmu.

Ya, terutama di masa-masa seribu hari kehidupan (1000 HPK) adalah kesempatan Ibu untuk memberikan ekstra perhatian  pada anak yang akan dan sudah dilahirkan. Karena itulah yang disebut dengan periode emas di mana pertumbuhan otak sedang sangat pesat. Masa-masa yang tidak bisa terulang dan sulit diperbaiki jika terlewati di masa mendatang.

Jika Ibu menelantarkan anak-anaknya di periode emas sampai membuat si anak kurang gizi, dampak yang terjadi tidak hanya secara perkembangan fisik pun kognitif yang ujungnya dapat berpengaruh pada kecerdasan serta produktivitas kerja. Yang mengerikannya juga berkaitan dengan risiko terjadinya penyakit kronis saat dewasa seperti penyakit jantung dan pembuluh darah sampai diabetes.

Jadi jika kita hari ini bisa mengerti banyak hal, bekerja dengan maksimal tanpa rasa lelah dan diberikan kesehatan, ingatlah Ibu. Sebab ada peran Ibu di sana, yang menjaga kita lewat makanan bergizi dari masa sebelum kehamilan dan didukung beragam stimulasi lainnya.

Ibu, Sekolah Pertamaku Tanpa Biaya Pendaftaran

Sekolah tidaklah hanya penyebutan bangunan, tetapi juga usaha menuntut kepandaian; pelajaran; dan pengajaran.

Sebelum berusia tujuh tahun, kita sudah bertemu guru pertama kita di sekolah kehidupan. Adalah Ibu. Yang di tiap kelas-kelasnya tidak pernah menuntut kita untuk membayar biaya. Gratis.

Karena mungkin Ibu tahu, sampai kita mati pun kita tidak mampu membayar biaya-biaya itu. Apalagi biaya kasih sayang dan cintanya yang tidak dapat diukur dengan alat tukar apapun.

Kita bisa berlari hari ini karena Ibu pernah membiarkan kita melompat-lompat di pahanya, mengandeng kita saat belajar berjalan, dan menggantikan rasa takutnya dengan kepercayaan bahwa kita bisa melakukan langkah pertama. Itu hanya salah satu dari banyaknya bentuk pelajaran juga latihan yang Ibu adalah ahlinya. Apakah Ibu kita pernah membahas biaya pelatihan yang hasilnya bisa kita terapkan di sepanjang hayat itu?

Ibu Tahu yang Terbaik

Setiap anak punya waktu untuk tumbuh kembang masing-masing. Pun setiap Ibu punya cara terbaik untuk anaknya.

Memang saya belum menjadi Ibu, tetapi saya adalah anak dari Ibu. Sebagai anak setidaknya saya tahu bahwa Mama saya adalah Ibu yang terbaik untuk saya.

Saya memang tidak bisa mengingat semua hal yang terjadi di masa kecil saya, hanya beberapa kejadian masih terekam di ingatan jangka panjang. Saya rasa tidak hanya saya, karena ingatan manusia tetap ada batasnya.

Saya tidak bisa mengingat berapa kali saya terjatuh sebelum saya bisa berjalan lancar, tetapi saya ingat saya pernah menabrakan diri di depan lemari kaca. Saya memang tidak bisa mengingat alasan kenapa saya bisa melakukan hal senekat itu di usia saya yang sangat belia. Belum sekolah.

Akan tetapi saya masih ingat, bahwa Mama dan Bapak menjadi super khawatir ketika melihat saya terluka parah. Bagaimana mereka langsung memberikan pertolongan kepada saya. Yang Alhamdulillah, luka waktu itu tidak membuat saya dibawa ke rumah sakit.

Tidak hanya sekali saya terluka karena kecerobohan saya. Saya pernah "bocor" parah di kepala sebanyak tiga kali. Waktu saya di sekolah (kelas tiga, kalau tidak salah), sewaktu saya mengaji tetapi malah bermain jungkat-jungkit dan ketika saya bertamu tapi tidak bisa diam hingga membuat saya terbentur cukup keras di lantai.

Meski begitu, Mama dan tentu Bapak tidak pernah marahi saya. Tidak pernah lelah merawat luka-lukanya sampai sembuh. Ibu seperti sedang membiarkan saya untuk belajar hati-hati tetapi saya malah selalu saja lolos untuk melanggarnya. 

Bukan berarti Mama tidak mempedulikan dan membiarkan saya jatuh berkali-kali. Buktinya tiap saya terluka, Mama tidak pernah pergi meninggalkan dan tetap merawat saya dengan caranya. Ibu mana yang tega melihat anaknya terluka? Mama mengajarkan saya bahwa setiap tindakan punya risiko dan risiko itu harus saya ambil ketika saya melakukannya.

Saya mencoba memahami Mama, Mama saya memang tipe Ibu yang memberikan saya kebebasan semasa kecil. Bebas namun tetap terkontrol dan terarahkan. Beliau  juga tidak pernah menuntut saya untuk bisa melakukan apa yang menjadi keinginannya.

Sewaktu saya kecil, Mama tidak pernah menyuruh saya untuk mengikuti les menari. Keinginan itu muncul justru ketika saya melihat kakak saya mempelajarinya. Kakak yang juga melakukannya karena keinginannya bukan keinginan Mama.

Kalau Mama tidak menyetujui Kakak untuk belajar menari waktu itu, mungkin saya juga tidak akan mengikuti jejaknya. 

Hal ini terus berlangsung sampai usia saya sekarang, Mama yang tidak pernah banyak menutut untuk saya begini begitu. Mama yang selalu percaya apa yang menjadi pilihan saya.

Ketika Mama Menjadi Guru Bersama

Mama saya adalah seorang guru. Profesi yang membuat beliau terbiasa untuk mengajar.

Sebelum masuk ke sekolah dasar, Mama sudah mengajar saya banyak hal seperti membaca dan berhitung. Saya ingat sekali waktu itu Mama juga sering membawakan buku-buku dari sekolahnya untuk saya pelajari.    

Namun tidak hanya untuk saya. Sewaktu saya kecil, di lingkungan tempat tinggal saya, banyak sekali teman-teman yang usianya memang tidak jauh. Sepantaran, paling hanya beda 2-4 tahun saja. Hal ini ternyata membuat rumah saya juga sering didatangi teman-teman yang ingin belajar bersama Mama. 

Menyenangkan sekali, meski banyak bermainnya sih.

Tapi apakah hanya seorang ibu yang berprofesi guru yang bisa mengajarkan banyak hal pada anak-anaknya?

Tentu tidak. Seperti kakak saya. Sudah sejak tujuh tahun yang lalu, kakak perempuan saya menjadi Ibu. Kegiatannya sampai hari ini adalah sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan yang menuntutnya mengurusi dua anak selama 24/7 ditambah 365 hari. Pekerjaan yang membuat keberadaannya selalu dicari.

Sebagai seorang Ibu dengan anak pertama berusia 6 tahun dan anak kedua berusia 3 tahun, kakak saya adalah contoh Ibu yang juga tidak kalah luar biasa. Apalagi di masa pandemi ini, yang membuat anak pertamanya harus bersekolah dari rumah, menjadikan kakak sebagai Ibu yang harus turun tangan untuk mengawasi anaknya belajar.

Dan hasilnya benar-benar nyata. Keponakan saya -yang adalah anak pertama dari kakak saya- ternyata sudah pintar membaca bahkan hitungannya pun sudah lancar. Di atas rata-rata usianya, saya rasa. Tidak hanya itu, keponakan saya yang lain -yang adalah anak kedua dari kakak saya- ternyata juga ikut belajar.

Memang belum bisa seperti kakaknya yang sudah bisa membaca dan menghitung, tetapi dia sudah bisa mengungkapkan apa yang ia rasakan meski dengan bahasa yang masih acak-acakan. Sering saya tidak paham, jika sudah begini biasanya saya lalu lemparkan kepada Ibunya saya (kakak saya) untuk menerjermahkan apa yang ia ingin sampaikan.

Memang luar biasa, ya. Seacak-acak apapun kata yang disampaikan, seorang Ibu bisa menangkap apa yang dimaksud. Supeer!

Ya, pada intinya adalah tiap Ibu bisa menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya. Ibu ada untuk menjadi guru bagi anak-anaknya dan anak bisa menjadi cerminan bagaimana Ibu mengajarkan banyak hal. Kelak jika menjadi Ibu di suatu hari nanti, saya akan mencontoh Mama dan Kakak saya.

Akhir kata untuk Mama dan juga semua Ibu:

"Terima kasih, Ibu. Sudah rela membawaku ke mana-mana selama sembilan bulan lamanya. Berat badanmu naik lebih dari 12 kilogram saat mengandungku, tapi sebenarnya lebih dari itu. Ada berat rasa sayang dan cintaku yang tidak terukur timbangan berat badan. Terima kasih sudah mengajarkan banyak hal, yang awalnya tidak tahu menjadi makin tahu. Terima kasih karena dipelukanmu, duniaku baik-baik saja sampai sekarang."

Sebutan apa yang biasanya kamu berikan kepada seorang wanita yang menjadi guru pertama kehidupanmu: Apakah Ibu, Mama, Mamak, Bundo, Mami, Nyak, Mace, Mak, Umi, atau apa? Apapun sebutannya, keistimewannya tak pernah sirna dimakan usia, kan?

Salam,

Listhia H. Rahman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun