Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Karena Dipelukan Ibu, Duniaku Baik-baik Saja

6 Desember 2020   23:19 Diperbarui: 15 Desember 2020   22:43 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum masuk ke sekolah dasar, Mama sudah mengajar saya banyak hal seperti membaca dan berhitung. Saya ingat sekali waktu itu Mama juga sering membawakan buku-buku dari sekolahnya untuk saya pelajari.    

Namun tidak hanya untuk saya. Sewaktu saya kecil, di lingkungan tempat tinggal saya, banyak sekali teman-teman yang usianya memang tidak jauh. Sepantaran, paling hanya beda 2-4 tahun saja. Hal ini ternyata membuat rumah saya juga sering didatangi teman-teman yang ingin belajar bersama Mama. 

Menyenangkan sekali, meski banyak bermainnya sih.

Tapi apakah hanya seorang ibu yang berprofesi guru yang bisa mengajarkan banyak hal pada anak-anaknya?

Tentu tidak. Seperti kakak saya. Sudah sejak tujuh tahun yang lalu, kakak perempuan saya menjadi Ibu. Kegiatannya sampai hari ini adalah sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan yang menuntutnya mengurusi dua anak selama 24/7 ditambah 365 hari. Pekerjaan yang membuat keberadaannya selalu dicari.

Sebagai seorang Ibu dengan anak pertama berusia 6 tahun dan anak kedua berusia 3 tahun, kakak saya adalah contoh Ibu yang juga tidak kalah luar biasa. Apalagi di masa pandemi ini, yang membuat anak pertamanya harus bersekolah dari rumah, menjadikan kakak sebagai Ibu yang harus turun tangan untuk mengawasi anaknya belajar.

Dan hasilnya benar-benar nyata. Keponakan saya -yang adalah anak pertama dari kakak saya- ternyata sudah pintar membaca bahkan hitungannya pun sudah lancar. Di atas rata-rata usianya, saya rasa. Tidak hanya itu, keponakan saya yang lain -yang adalah anak kedua dari kakak saya- ternyata juga ikut belajar.

Memang belum bisa seperti kakaknya yang sudah bisa membaca dan menghitung, tetapi dia sudah bisa mengungkapkan apa yang ia rasakan meski dengan bahasa yang masih acak-acakan. Sering saya tidak paham, jika sudah begini biasanya saya lalu lemparkan kepada Ibunya saya (kakak saya) untuk menerjermahkan apa yang ia ingin sampaikan.

Memang luar biasa, ya. Seacak-acak apapun kata yang disampaikan, seorang Ibu bisa menangkap apa yang dimaksud. Supeer!

Ya, pada intinya adalah tiap Ibu bisa menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya. Ibu ada untuk menjadi guru bagi anak-anaknya dan anak bisa menjadi cerminan bagaimana Ibu mengajarkan banyak hal. Kelak jika menjadi Ibu di suatu hari nanti, saya akan mencontoh Mama dan Kakak saya.

Akhir kata untuk Mama dan juga semua Ibu:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun