Saya tidak bisa mengingat berapa kali saya terjatuh sebelum saya bisa berjalan lancar, tetapi saya ingat saya pernah menabrakan diri di depan lemari kaca. Saya memang tidak bisa mengingat alasan kenapa saya bisa melakukan hal senekat itu di usia saya yang sangat belia. Belum sekolah.
Akan tetapi saya masih ingat, bahwa Mama dan Bapak menjadi super khawatir ketika melihat saya terluka parah. Bagaimana mereka langsung memberikan pertolongan kepada saya. Yang Alhamdulillah, luka waktu itu tidak membuat saya dibawa ke rumah sakit.
Tidak hanya sekali saya terluka karena kecerobohan saya. Saya pernah "bocor" parah di kepala sebanyak tiga kali. Waktu saya di sekolah (kelas tiga, kalau tidak salah), sewaktu saya mengaji tetapi malah bermain jungkat-jungkit dan ketika saya bertamu tapi tidak bisa diam hingga membuat saya terbentur cukup keras di lantai.
Meski begitu, Mama dan tentu Bapak tidak pernah marahi saya. Tidak pernah lelah merawat luka-lukanya sampai sembuh. Ibu seperti sedang membiarkan saya untuk belajar hati-hati tetapi saya malah selalu saja lolos untuk melanggarnya.
Bukan berarti Mama tidak mempedulikan dan membiarkan saya jatuh berkali-kali. Buktinya tiap saya terluka, Mama tidak pernah pergi meninggalkan dan tetap merawat saya dengan caranya. Ibu mana yang tega melihat anaknya terluka? Mama mengajarkan saya bahwa setiap tindakan punya risiko dan risiko itu harus saya ambil ketika saya melakukannya.
Saya mencoba memahami Mama, Mama saya memang tipe Ibu yang memberikan saya kebebasan semasa kecil. Bebas namun tetap terkontrol dan terarahkan. Beliau juga tidak pernah menuntut saya untuk bisa melakukan apa yang menjadi keinginannya.
Sewaktu saya kecil, Mama tidak pernah menyuruh saya untuk mengikuti les menari. Keinginan itu muncul justru ketika saya melihat kakak saya mempelajarinya. Kakak yang juga melakukannya karena keinginannya bukan keinginan Mama.
Kalau Mama tidak menyetujui Kakak untuk belajar menari waktu itu, mungkin saya juga tidak akan mengikuti jejaknya.
Hal ini terus berlangsung sampai usia saya sekarang, Mama yang tidak pernah banyak menutut untuk saya begini begitu. Mama yang selalu percaya apa yang menjadi pilihan saya.
Ketika Mama Menjadi Guru Bersama
Mama saya adalah seorang guru. Profesi yang membuat beliau terbiasa untuk mengajar.