Bapak berlagak bingung mendapati anak gadisnya terisak.
"Ada apa denganmu, Tri. Apa kamu sudah mengerti sekarang ?"
"Pardal, Pak. Pardal tidak benar-benar mencintaiku. Maafkan Lastri yang sudah menyembunyikan hubungan kami,Pak. Lastri takut.."
"Takut? Justru Bapak yang lebih takut Tri. Bapak takut kehilangan harta paling berharga satu-satunya, kamu, diambil orang yang tak benar mencintaimu"
Air mata Sulastri malah makin tak terkendali.
"Maafkan Bapak ya Nduk, selama dua tahun ini kamu merasa Bapak kekang. Semata-mata Bapak lakukan untuk menjagamu. Termasuk dari Pardal yang kamu cintai itu", Bapak masih melanjutkan penjelasannya.
"Dua tahun juga, Bapak sudah mengetahui hubunganmu, Nduk. Dan Bapak menyimpannya diam-diam, sama seperti yang kamu lakukan pada Bapak."
"Jadi Bapak tahu Pardal? ", Lastri mulai berusaha tenang dan mengusap air matanya. Meski tak bisa menghilangkan sembabnya.
" Ya, Bapak tahu. Selama ini bukan tanpa alasan Bapak galak padamu, Nduk. Bapak berusaha untuk selalu menepati janji Bapak pada mendiang Ibumu untuk menjagamu sebisa yang bapak lakukan" sambil menatap langit-langit, Bapak mengingat sesuatu. Oh,bukan. Bapak takut air matanya jatuh.
" Nduk, Bukan Bapak membiarkanmu tersakiti. Tapi Bapak mencoba membuatmu agar lebih paham sesuatu, termasuk cinta. Maafkan Bapak yang gagal menghindarimu dari rasa sakitnya, tapi jangan biarkan Bapak gagal untuk menjadi seorang Bapak yang selalu berusaha menjagamu", dengan penuh kasih sayang Bapak menatap Lastri. Berkaca-kaca.
" Aku ingin menikah, Bapak!"