Tanpa menjawab, ia berdiri hendak pergi.
"Tunggu." Aku serahkan sekantong plastik berisi makanan dan sebuah novel karya Dan Brown kesukaannya, "Untuk teman bosanmu." Kubilang.
Ia terima dengan malas, aku pamit pulang.
***
"Ayo!" Begitu sampai di rumah, Rades langsung menarikku turun dari motor Adrian.
"Kemana?"
Ia tak menjawab. Aku dipaksa masuk dalam mobilnya. Adrian langsung pergi, enggan kembali ikut campur urusan dua saudara ini. Sepanjang perjalanan tak satupun dari kami yang membuka mulut untuk bicara. Aku hanya memandangi wajahnya, entah kenapa semakin lama aku menatapnya, hatiku semakin nyilu, apa iya aku suka padanya?
"Ngapain kamu ngeliatin aku?" Tanyanya dengan nada sengak khas Rades. Ah, sudah lama rasanya ia tidak berbicara cerewet padaku.
Aku diam, menatap ke depan. Malu juga ia menegurku begitu.
"Bilang saja kamu seneng ngeliat aku." Ucapnya pelan hampir tak terdengar.
"Kamu bilang apa?"