"Aku punya banyak telinga sekalipun terpenjara di sini."
Aku diam.
 "Pasti dia bilang kalau wajah kamu mirip Najwa, dan pasti dia cerita kalau dulu Najwa itu mantan aku terus dia pacaran dengan Najwa hingga Najwa mati dikubur dekat danau yang ia sebut danau keabadian, iya kan?"
Aku hanya mengagguk. Semakin bingung apa sebenarnya yang sedang terjadi.
"Kalau kamu penasaran tentang apakah aku pacaran sama kamu hanya karena kamu mirip Najwa, kamu bisa menyimpulkan sendiri dari diary-ku yang sempat kamu baca tanpa seiizinku, dulu."
Belum sempat aku merespon Radit, ponselku berdering. Dari seberang telefon, "Aku di depan rumah kamu." Suara sengak yang menyebalkan itu lagi....
Drama macam apa lagi yang akan aku hadapi, Tuhan?
"Rades ya?" Tanya Radit dengan senyum sinisnya.
Aku hanya tersenyum mengangguk.
"Ya sudah sana. Nanti pacar barumu marah lagi kalau kamu lama-lama di sini."
"Maksud kamu apa, Dit?"