Mohon tunggu...
Lis Liseh
Lis Liseh Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker/Pengajar

Apoteker dan Pengajar di Pesantren Nurul Qarnain Jember | Tertarik dengan isu kesehatan, pendidikan dan filsafat | PMII | Fatayat NU. https://www.facebook.com/lis.liseh https://www.instagram.com/lisliseh

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Trouble Maker (Part 7)

22 Maret 2019   13:40 Diperbarui: 22 Maret 2019   13:59 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dia meninggal saat minta aku buat meluk dia, Najwa-ku meninggal di pangkuanku ....." Air matanya menggenangi pelupuk matanya, segera ia hapus air matanya, mungkin pula ia malu padaku. Begitu besar pengaruh Najwa dalam hidupnya hingga ketika Najwa telah pergi sempat Rades kehilangan semangat hidup, hidupnya hancur. Yang ia lakukan adalah bersenang-senang untuk melupakan Najwa. Dan arti dari kata bersenang-senang itu adalah melampiaskan segala amarah, kekesalan, kekecewaan dan ketidak relaan kehilangan Najwa dengan membentuk Geng TM, sesuka hati jadi jagoan yang tanpa ampun menghakimi orang semaunya, begitu ia bercerita.

"Saat kamu jadi anak baru di sekolah aku kayak yang sesak nafas ngeliat kamu,  kamu itu mirip sama Najwa. Aku ngeliat Najwa dalam diri kamu, dan kenangan Najwa kembali hadir menyiksaku. Itulah kenapa aku sering ngerjain kamu, aku marah karena kamu itu mengingatkanku pada luka yang sangat menyakitkan."

"Bukan salahku jika wajahku mirip dengan Najwa."

"Aku tahu. Tapi aku adalah manusia egois. Aku tidak bisa pura-pura nggak ngeliat Najwa di diri kamu. Sampai suatu ketika hati aku bilang mungkin ini adalah kesempatan kedua yang Tuhan berikan kepadaku."

 "Tapi aku bukan Najwa, sama sekali bukan Najwa."

 " Iya, aku sudah faham itu, Prin. Yang aku lihat di depan aku saat ini adalah seorang Prinsa yaitu cewek yang sudah berhasil ngerebut hati aku, bukan Prinsa yang mirip Najwa. "

 "Dasar gila ni anak! Kalau mau main-main, tidak perlu mengajakku jauh-jauh ke sini. Aku pulang aja." Aku bingung harus merespon bagaimana, wajahku panas, memerah. Aku membalik badan dan melangkah keluar dari padang ilalang untuk menunggu di mobil saja. Aku menoleh sebentar kea rah Rades, ia masih tetap sibuk memandangi kburan itu tanpa mempedulikanku yang pergi. Hmm...

Semakin lama aku berjalan, aku jadi bingung. Dimana-mana hanya ilalang yang terlihat, kemana mobil Rades yang diparkir tadi? Waduh! Gawat ni. Dari pada tersesat semakin jauh, aku kembali ke arah danau. Sesampainya kembali di danau, tak ku temukan Rades.

"Rades! Kamu dimana?" Aku hanya terus memanggil-manggil tanpa ada tanda-tanda Rades menjawab panggilanku. Apa iya Rades udah tidak ada disini? Dia meninggalkanku sendirian di sini? Merinding juga sih kalau sendirian di tempat beginian, mana jauh banget lagi dari pemukiman warga.

Aku duduk ditepi danau dengan melingkarkan kedua tangan pada kedua betisku. Mengedar pandang berusaha menindas rasa takut. Lama. Mukaku semakin merah, air mata tak kuasa aku tahan mengalir, aku takut. Apa yang harus aku lakukan jika Rades tak kunjung muncul hingga malam menjelang? Berbagai pikiran negatif melayang-layang diotakku. Tiba-tiba terdengar suara berisik dari belakang. Aku menoleh.

"Rades, itu kamu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun