"Kenapa? Kamu tersinggung?" Aku melenggang pergi meinggalkan iblis satu ini.
      Aku benar-benar heran dengan perilaku Rades tadi. Entah iblis macam apa yang telah merasuki tubuhnya. Benar-benar aneh. Aku tolehkan kembali kearah Rades tadi. Tapi dia sirna, kemana ia, ku balikkan tubuh, mengedar pandang kemana perginya, tapi tak kutemukan ia, apa yang tadi itu nyata ya? Apa aku cuma mimpi? Ah, cuma fantasiku.
      "Pagi Prinsa!" Sapa Adrian dengan senyum ramah membuatku terbangun dari lamunan.
"Pagi!" Kubalas dengan senyum manis. Namun senyum itu segera gugur ketika aku melihat ke arah Rades di tengah lapangan yang sibuk mendribel bola, melayangkan pandang yang jauh dari kata bersahabat. Seolah menghujatku, ini benar-benar meyakinkanku kalau kejadian tadi itu tidak mungkin nyata. Aduh, halu nih, halusinasi.
Istirahat. Aku sengaja ke perpus mencari spot duduk menyendiri untuk membuka amplop yang Radit berikan tadi.
Â
KARENAÂ AKU MENCINTAIMU
Sejuta kasih dan cintaku terurai untukmu
Bayangan senja mulai menyiratkan gundahku
Tentangku yang takut kehilanganmu
Jalan cinta tak pernah mulus