"Thanks!"
***
      Waktu aku disuruh ngambil peralatan untuk praktikum di Lab. Fisika, tanpa sengaja aku bertemu dengan Radit. Tampaknya ia benar-benar bersemangat untuk menjajal kemampuannya di tingkat internasional. Semoga kamu menang, Dit. Radit menoleh ke arahku. Dia tersenyum renyah. Aku membalasnya. Kejadian yang seperti ini, seakan-akan kembali saat aku dan Radit belum saling mengenal dulu, saling pandang dan saling senyum. Benar ya, mantan akan terlihat lebih menarik ketimbang saat masih pacaran.
      Ku tinggalkan Lab. Fisika, begitu kubuka pintu, tampak di hadapanku Rades berdiri seperti iblis. Hampir barang-barang di tanganku terjatuh.
      "Boleh aku bantu?" Tanya Rades membuntutiku.
      "Aku bisa sendiri kok. Aku lagi buru-buru."
      "Aku minta maaf."
      "Tumben seorang Rades minta maaf?"
      "Tau ah! Capek ngomong sama kamu."
      "Emang siapa yang nyuruh kamu ngomong?"
      "Kok kamu gitu sih?"