Mohon tunggu...
Retno Septyorini
Retno Septyorini Mohon Tunggu... Administrasi - Suka makan, sering jalan ^^

Content Creator // Spesialis Media IKKON BEKRAF 2017 // Bisa dijumpai di @retnoseptyorini dan www.retnoseptyorini.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Mengakali Ketidakpastian di Tengah Pandemi COVID-19

30 Juni 2020   23:35 Diperbarui: 30 Juni 2020   23:40 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Katalog Pertama Usaha Patungan Saya Bersama Seorang Kawan (Dokpri)

Ternyata penerapan hidup sederhana itu enak juga lho! Apalagi jika rencana pengeluaran sudah benar-benar dirapikan sekaligus disesuaikan dengan kondisi keuangan. Minimal tak ada lagi kejadian besar pasak daripada tiang, apalagi terjerat hutang yang dilakukan sekedar untuk memenuhi ego lifestyle yang kadang bikin logika tak sejalan dengan realita keuangan yang ada.

Ibarat mau makan enak di akhir bulan pun tak lagi jadi ganjalan yang nantinya dapat mengganggu cashflow bulanan. Alasannya sederhana saja. Karena semua pengeluaran sudah diperhitungkan jauh-jauh hari. Mengasyikkan, bukan?

Hidup Sederhana Bukan Akhir dari Segalanya 

Dari sekian banyak keterbatasan akibat pandemi COVID-19, ternyata terselip beberapa hal yang patut untuk dijadikan pelajaran. Salah satunya adalah sifat adaptif yang sejatinya kita miliki. Belum lagi jurus the power of kepepet yang acap kali memberi energi untuk bertumbuh lagi dan lagi.

Saya yang dulunya agak malas jualan printilan nyatanya bisa menjadi pedagang makanan dadakan yang mendulang cuan. Berbagai keterbatasan yang ditimbulkan akibat pandemi juga membuat saya berfikir untuk menghidupkan kembali halaman depan rumah yang luasnya tak seberapa itu.

Salah Satu Dokumentasi Panen Selama Pandemi Covid-19 (Dokpri)
Salah Satu Dokumentasi Panen Selama Pandemi Covid-19 (Dokpri)
Berbekal tanaman kelor, singkong dan Chaya alias telo jepang yang dijadikan pagar pembatas jalan, juga benih bayam, kemangi, cabai dan pepaya yang sengaja disebar di halaman, kini mereka tumbuh dan menjelma menjadi kulkas hidup untuk keluarga kami. Menyenangkannya lagi, tak jarang sebagian diantaranya ada yang diminta tetangga untuk dijadikan bahan masakan.

Di keluarga kami, beberapa tanaman tadi kerap "disulap" menjadi berbagai masakan rumahan yang oke punya. Kombinasi daun bayam, kelor dan pepaya muda bisa dijadikan sayur bobor. Paduan bayam, kelor dan wortel bisa dimasak jadi sayur bening. Sedangkan pepaya muda kerap kami jadikan bahan sayur gurih, brongkos maupun oseng-oseng yang wenaaaaak banget.

Teman-teman saya yang pernah mencicipi pun mengakui perihal ini. Beberapa diantaranya bahkan sampai diupload di akun media sosial masing-masing. Kalau sudah begini, energi untuk bercocok tanaman rasanya kian hari menjadi kian terisi.

Sayur Bobor Bikinan Ibu (Dokpri)
Sayur Bobor Bikinan Ibu (Dokpri)
Pagar hidup di depan rumah juga tak luput kami manfaatkan. Daun singkong, pepaya maupun daun Chaya yang masih muda kerap ditumis atau sekedar direbus lalu dicocol dengan sambal. Menariknya lagi, panenan di depan rumah tidak hanya mengisi perut anggota keluarga, teman maupun tetangga saja.

Bagian daun yang sudah tua kami manfaatkan sebagai tambahan pangan untuk ayam kampung yang dipelihara di halaman belakang rumah. Kalau sedang bertelur, telur-telurnya saya jual ke teman. Lumayan lah buat nambah uang belanja. Pandemi ini saya sempat menjual puluhan telur ayam kampung lho! Panjang umur sustainable living!

Jual Telur Ayam dari Pekarangan (Dokpri)
Jual Telur Ayam dari Pekarangan (Dokpri)
Bagi saya hidup sederhana itu bukan berarti pelit pada diri sendiri lho! Teman-teman satu circle saya pasti paham betul akan hal ini. Di tengah pandemi COVID-19 saya masih kerap untuk memberi reward pada diri sendiri. Ya meski rewardnya nggak jauh-jauh dari nglarisin dagangan teman juga sih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun