Menyikapi Dampak Pandemi COVID-19
Karena masih tinggal di rumah orang tua, kebutuhan saya hanya berkisar pada pemenuhan bahan pangan saja. Setiap bulannya saya hanya mengeluarkan uang untuk patungan belanja bulanan, membeli stok lauk dan cemilan atau sekedar menyediakan kebutuhan buah untuk orang rumah.
Tidak berat sebenarnya. Tapi karena saya sedang tidak berpenghasilan, otomatis saya harus mencairkan dana darurat yang beberapa bulan terakhir sempat saya kumpulkan. Terima kasih pada semua pihak yang telah mengedukasi generasi muda Indonesia akan pentingnya pengumpulan dana darurat yang gunanya terasa begitu nyata, utamanya di musim pandemi seperti saat ini. Ditambah lagi baru-baru ini laptop, kulkas dan mesin cuci di rumah tiba-tiba butuh dana perbaikan yang harus dikeluarkan dalam tempo yang hampir bersamaan.
Lantas bagimana saya menyikapi dampak pandemi kali ini? Hal pertama yang saya lakukan adalah melockdown tabungan sampai batas waktu yang belum bisa saya tentukan. Dengan prinsip cash is the king, tabungan menjadi sumber dana penyelamat terakhir saya yang "kerannya" baru akan dibuka jika nominal dana darurat dan penghasilan selama pandemi menyentuh angka dibawah seratus ribu rupiah.
Namun sebelum itu terjadi, tentu saya untuk menyelamatkan keuangan pribadi. Saya sadar betul bahwa stabilitas sistem keuangan negara kita berawal dari stabilnya ekonomi pribadi macam kita-kita ini. Satu-satunya jalan yang waktu itu terpikirkan adalah banting stir menjadi pedagang makanan online.
Sungguh tak disangka, hobi jajan saya menjelma menjadi peluang usaha. Terhitung sejak Mei saya mulai berjualan alpukat mentega, tape, aneka peyek hingga bawang goreng. Dengan nominal minimal pembelian tertentu, pesanan yang dekat dengan rumah akan saya antar.
Kadang kalau ibu sudah selesai masak malah saya bonusi hasil olahan ibu. Bagi saya berbagi merupakan kebiasaan baik yang perlu dipupuk sedini mungkin. Dikit-dikit dulu nggak papa, yang penting dijadiin kebiasaan dulu. Kalau sudah dilatih dari jaman susah, waktu materi lagi berlimpah jadinya nggak owel (sayang) untuk berbagi kebaikan karena sudah menjadi kebiasaan.
Dengan prinsip melockdown uang tabungan serta melakukan gaya hidup apa adanya, selama pandemi ini rekening tabungan saya malah mengalami peningkatan. Meski nominal pertambahannya terbilang masih kecil, namun gaya hidup seadanya yang saya lakukan beberapa bulan belakangan ternyata berdampak positif bagi kesehatan keuangan pribadi.
"Oh, begini toh rasanya punya habbit baru yang positif di tengah ketidakpastian akibat pandemi yang datang tanpa misi-misi ini", batin saya dalam hati usai melakukan audit keuangan yang rutin saya lakukan tiap akhir bulan.