Mohon tunggu...
Retno Septyorini
Retno Septyorini Mohon Tunggu... Administrasi - Suka makan, sering jalan ^^

Content Creator // Spesialis Media IKKON BEKRAF 2017 // Bisa dijumpai di @retnoseptyorini dan www.retnoseptyorini.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Mengakali Ketidakpastian di Tengah Pandemi COVID-19

30 Juni 2020   23:35 Diperbarui: 30 Juni 2020   23:40 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Katalog Pertama Usaha Patungan Saya Bersama Seorang Kawan (Dokpri)

Foto pada pertengahan Februari di atas sengaja diambil sebagai kenang-kenangan usai seharian melakukan foto katalog produk pertama kami, yang rencana awalnya akan dilaunching menjelang Ramadan tahun ini. Sayangnya, Pandemi COVID-19 mengubah segalanya.

Saat pemerintah mengumumkan kasus COVID-19 pertama di Indonesia, tiga sampel produk yang kami masukkan ke beberapa penjahit mengalami kesalahan yang tidak bisa ditolerir.

"Baju yang terakhir belum bisa diambil e, Ret. Kios jahitnya tutup. Terus sampel yang kemarin sudah jadi ternyata salah semua. Sampel kedua yang busui friendly itu resletingnya malah ditaruh di bagian punggung. Model pergelangan tangannya juga beda dengan sketsa. Sedangkan sampel yang ketiga lipitan tenunnya ternyata kurang lebar", ujar Mbak Wen yang tidak lain merupakan sahabat sekaligus partner usaha saya setahun belakangan.

Untuk meminimalisir kesalahan produksi, mau tak mau kami harus memperbaiki sampel yang nantinya akan dijadikan acuan saat berlangsungnya proses produksi di konveksi. Perbaikan sampel yang memakan waktu cukup lama ternyata berimbas panjang. Antrian produksi yang sudah dijadwalkan jauh-jauh hari oleh pihak konveksi harus direlakan untuk orang lain.

Karena masih semangat-semangatnya, waktu itu kami masih berfikiran untuk mengejar momentum Idul Qurban. Tak disangka, datangnya Virus Corona beberapa bulan belakangan menyebabkan bergesernya trend konsumsi produk fashion yang setahun belakangan gencar kami pelajari.

Dropnya permintaan pasar akan baju muslim menjelang lebaran misalnya. Produk yang umumnya menjadi primadona tatkala lebaran mendadak tergantikan oleh permintaan masker kain. Kebutuhan akan basic daily outfit yang kami targetkan pas untuk dibawa jalan ternyata kalah pamor dengan homedress yang dirasa lebih fungsional untuk menunjang kinerja work from home yang tengah digalakkan oleh sebagian besar perusahaan.

Saya dan Partner Kerja (Dokpri)
Saya dan Partner Kerja (Dokpri)
Sebagai pebisnis baru kami memilih untuk tidak gegabah dalam menanggapi fenomena ini. Setelah melakukan riset kami harus legowo menerima kesimpulan bahwasanya selama ekonomi belum membaik, target konsumen kami masih akan menomorduakan kebutuhan sandang, utamanya jenis produk fashion yang bahan bakunya sudah kami beli sejak akhir tahun lalu itu.

Dampak penyebaran Virus Corona memang tak main-main. Guna menyelamatkan perusahaan yang omsetnya tergerus akibat merajalelanya Virus Corona sampai-sampai ada yang berujung pada pomotongan tunjangan kinerja karyawan, keputusan unpaid leave hingga batas waktu yang belum ditentukan hingga yang terburuk, yakni keputusan pemutusan hubungan kerja. Apa mau dikata, kondisi pendemi ini juga berimbas pada penurunan pendapatan bulanan kami hingga titik nadir.

Bahayanya penyebaran Virus Corona menyebabkan nihilnya event bloger yang selama ini menjadi sumber pendapatan terbesar saya. Di sisi lain, pendemi ini juga menggerus pendapatan partner usaha saya yang puluhan tahun bekerja sebagai tentor.

Karena itulah di era pandemi semacam ini kami merasa kebutuhan sebagian besar masyarakat kembali ke fitrah awal, yakni papan, pangan dan sandang. Meski demikian, selama papan dan pangan terpenuhi, bagi masyarakat dengan ekonomi pas-pasan, kebutuhan akan sandang tidak lagi menjadi sebuah urgensi. Asal bisa makan, tidak masalah semisal anggaran untuk belanja outfit baru harus dilockdown terlebih dahulu.

Dengan berbagai pertimbangan di atas, meski sebagian besar modal usaha sudah kami belanjakan untuk produksi Raya Series, kami memilih untuk menunda proses produksi hingga batas waktu yang belum ditentukan. Meski mendapati kondisi awalan bisnis yang tidak manis, namun kami sadar betul kalau kejadian ini tidak boleh membuat ekonomi kami menjadi semakin "menangis". Untuk itu kami memilih untuk bangkit dengan cara masing-masing terlebih dahulu.

Menyikapi Dampak Pandemi COVID-19

Karena masih tinggal di rumah orang tua, kebutuhan saya hanya berkisar pada pemenuhan bahan pangan saja. Setiap bulannya saya hanya mengeluarkan uang untuk patungan belanja bulanan, membeli stok lauk dan cemilan atau sekedar menyediakan kebutuhan buah untuk orang rumah.

Tidak berat sebenarnya. Tapi karena saya sedang tidak berpenghasilan, otomatis saya harus mencairkan dana darurat yang beberapa bulan terakhir sempat saya kumpulkan. Terima kasih pada semua pihak yang telah mengedukasi generasi muda Indonesia akan pentingnya pengumpulan dana darurat yang gunanya terasa begitu nyata, utamanya di musim pandemi seperti saat ini. Ditambah lagi baru-baru ini laptop, kulkas dan mesin cuci di rumah tiba-tiba butuh dana perbaikan yang harus dikeluarkan dalam tempo yang hampir bersamaan.

Lantas bagimana saya menyikapi dampak pandemi kali ini? Hal pertama yang saya lakukan adalah melockdown tabungan sampai batas waktu yang belum bisa saya tentukan. Dengan prinsip cash is the king, tabungan menjadi sumber dana penyelamat terakhir saya yang "kerannya" baru akan dibuka jika nominal dana darurat dan penghasilan selama pandemi menyentuh angka dibawah seratus ribu rupiah.

Namun sebelum itu terjadi, tentu saya untuk menyelamatkan keuangan pribadi. Saya sadar betul bahwa stabilitas sistem keuangan negara kita berawal dari stabilnya ekonomi pribadi macam kita-kita ini. Satu-satunya jalan yang waktu itu terpikirkan adalah banting stir menjadi pedagang makanan online.

Materi Webinar Bank Indonesia dengan Tema
Materi Webinar Bank Indonesia dengan Tema
Materi Webinar yang diselenggarakan Bank Indonesia menambah semangat saya untuk mencoba peruntungan di era digital. Apalagi Bank Indonesia (BI) telah mengeluarkan QRIS, yakni standardisasi pembayaran digital menggunakan QR Code. Ibarat kata bayar belanja tinggal scan, klik, beres!

Sungguh tak disangka, hobi jajan saya menjelma menjadi peluang usaha. Terhitung sejak Mei saya mulai berjualan alpukat mentega, tape, aneka peyek hingga bawang goreng. Dengan nominal minimal pembelian tertentu, pesanan yang dekat dengan rumah akan saya antar.

Kadang kalau ibu sudah selesai masak malah saya bonusi hasil olahan ibu. Bagi saya berbagi merupakan kebiasaan baik yang perlu dipupuk sedini mungkin. Dikit-dikit dulu nggak papa, yang penting dijadiin kebiasaan dulu. Kalau sudah dilatih dari jaman susah, waktu materi lagi berlimpah jadinya nggak owel (sayang) untuk berbagi kebaikan karena sudah menjadi kebiasaan.

Salah Satu Produk Jualan Saya yang Laris Manis (Dokpri)
Salah Satu Produk Jualan Saya yang Laris Manis (Dokpri)
Peribahasa ora obah orah mamah yang kerap dilontarkan kawan baik saya akhirnya terbukti. Kalau ditotal-total ternyata nominal hasil jualan saya terbilang lumayan juga. Cukupan lah untuk menopang kebutuhan bulanan tanpa harus mengambil porsi dana darurat.

Dengan prinsip melockdown uang tabungan serta melakukan gaya hidup apa adanya, selama pandemi ini rekening tabungan saya malah mengalami peningkatan. Meski nominal pertambahannya terbilang masih kecil, namun gaya hidup seadanya yang saya lakukan beberapa bulan belakangan ternyata berdampak positif bagi kesehatan keuangan pribadi.

"Oh, begini toh rasanya punya habbit baru yang positif di tengah ketidakpastian akibat pandemi yang datang tanpa misi-misi ini", batin saya dalam hati usai melakukan audit keuangan yang rutin saya lakukan tiap akhir bulan.

Ternyata penerapan hidup sederhana itu enak juga lho! Apalagi jika rencana pengeluaran sudah benar-benar dirapikan sekaligus disesuaikan dengan kondisi keuangan. Minimal tak ada lagi kejadian besar pasak daripada tiang, apalagi terjerat hutang yang dilakukan sekedar untuk memenuhi ego lifestyle yang kadang bikin logika tak sejalan dengan realita keuangan yang ada.

Ibarat mau makan enak di akhir bulan pun tak lagi jadi ganjalan yang nantinya dapat mengganggu cashflow bulanan. Alasannya sederhana saja. Karena semua pengeluaran sudah diperhitungkan jauh-jauh hari. Mengasyikkan, bukan?

Hidup Sederhana Bukan Akhir dari Segalanya 

Dari sekian banyak keterbatasan akibat pandemi COVID-19, ternyata terselip beberapa hal yang patut untuk dijadikan pelajaran. Salah satunya adalah sifat adaptif yang sejatinya kita miliki. Belum lagi jurus the power of kepepet yang acap kali memberi energi untuk bertumbuh lagi dan lagi.

Saya yang dulunya agak malas jualan printilan nyatanya bisa menjadi pedagang makanan dadakan yang mendulang cuan. Berbagai keterbatasan yang ditimbulkan akibat pandemi juga membuat saya berfikir untuk menghidupkan kembali halaman depan rumah yang luasnya tak seberapa itu.

Salah Satu Dokumentasi Panen Selama Pandemi Covid-19 (Dokpri)
Salah Satu Dokumentasi Panen Selama Pandemi Covid-19 (Dokpri)
Berbekal tanaman kelor, singkong dan Chaya alias telo jepang yang dijadikan pagar pembatas jalan, juga benih bayam, kemangi, cabai dan pepaya yang sengaja disebar di halaman, kini mereka tumbuh dan menjelma menjadi kulkas hidup untuk keluarga kami. Menyenangkannya lagi, tak jarang sebagian diantaranya ada yang diminta tetangga untuk dijadikan bahan masakan.

Di keluarga kami, beberapa tanaman tadi kerap "disulap" menjadi berbagai masakan rumahan yang oke punya. Kombinasi daun bayam, kelor dan pepaya muda bisa dijadikan sayur bobor. Paduan bayam, kelor dan wortel bisa dimasak jadi sayur bening. Sedangkan pepaya muda kerap kami jadikan bahan sayur gurih, brongkos maupun oseng-oseng yang wenaaaaak banget.

Teman-teman saya yang pernah mencicipi pun mengakui perihal ini. Beberapa diantaranya bahkan sampai diupload di akun media sosial masing-masing. Kalau sudah begini, energi untuk bercocok tanaman rasanya kian hari menjadi kian terisi.

Sayur Bobor Bikinan Ibu (Dokpri)
Sayur Bobor Bikinan Ibu (Dokpri)
Pagar hidup di depan rumah juga tak luput kami manfaatkan. Daun singkong, pepaya maupun daun Chaya yang masih muda kerap ditumis atau sekedar direbus lalu dicocol dengan sambal. Menariknya lagi, panenan di depan rumah tidak hanya mengisi perut anggota keluarga, teman maupun tetangga saja.

Bagian daun yang sudah tua kami manfaatkan sebagai tambahan pangan untuk ayam kampung yang dipelihara di halaman belakang rumah. Kalau sedang bertelur, telur-telurnya saya jual ke teman. Lumayan lah buat nambah uang belanja. Pandemi ini saya sempat menjual puluhan telur ayam kampung lho! Panjang umur sustainable living!

Jual Telur Ayam dari Pekarangan (Dokpri)
Jual Telur Ayam dari Pekarangan (Dokpri)
Bagi saya hidup sederhana itu bukan berarti pelit pada diri sendiri lho! Teman-teman satu circle saya pasti paham betul akan hal ini. Di tengah pandemi COVID-19 saya masih kerap untuk memberi reward pada diri sendiri. Ya meski rewardnya nggak jauh-jauh dari nglarisin dagangan teman juga sih.

Bagi saya ini adalah win-win solution yang saya yakini akan berimbas baik bagi pelaku UMKM. Kalau ekonomi tetap jalan, ditambah minimalnya sumbangan kredit macet dari gaya hidup sederhana pilihan kita, niscaya ekonomi negeri ini akan cepat menguat. 

Saya hanya ingin menekankan bahwa pilihan untuk melakukan hidup sederhana bukanlah akhir dari segalanya. Sebaliknya, hidup sederhana merupakan pilihan  cerdas berperilaku dalam menjaga stabilitas sistem keuangan sehingga sistem makropudensial aman terjaga.

Akhir kata, selamat berjuang teman-teman semua. Mari kita jadikan pandemi COVID-19 ini sebagai ajang untuk mengasah kreativitas. See you on top!

Salam hangat dari Jogja,

-Retno-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun