Senyum tulus tersemat di wajah Bu Saenah. "karena Ibu sudah menjemput, ayo ganti pakai seragam."
Tanpa menjawab Puspa kembali masuk ke dalam rumah.Â
Motor melaju membawa dua orang berbeda generasi melewati jalan perkampungan yang lumayan panjang.Â
Seratus meter sebelum gerbang sekolah Bu Saenah menghentikan motornya untuk membeli nasi kuning. Jumlahnya dua bungkus.
Sejak saat itu Bu Saenah hampir setiap hari menjemput Puspa. Lama kelamaan gadis berusia empat belas tahun itu merasa tidak enak lalu meminta Bu Saenah agar tidak menjemputnya.Â
Bu Saenah menerima alasan Puspa asalkan tetap masuk sekolah. Tidak ada alasan bolos karena masalah keluarga.Â
Puspa berjanji akan tetap sekolah. Masalah orang tuanya sudah selesai. Keduanya memilih jalan masing-masing. Puspa memilih ikut ayahnya. Tidak dipungkiri hubungan dengan ibunya tidak berjalan baik.Â
Selain menonjol dalam akademis, Puspa mempunyai bakat menyanyi yang diturunkan dari kakeknya. Bu Saenah juga yang melatih vokal sehingga menang beberapa kali dalam perlombaan menyanyi.Â
Prestasi dalam vokal dan nilai tertinggi yang diraih meloloskannya meraih beasiswa ke tingkat sekolah menengah kejuruan bidang seni. Setelah lulus Puspa memilih melanjutkan ke perguruan tinggi jurusan pendidikan seni musik.Â
***
Bel berbunyi menandakan waktu istirahat telah selesai. Siswa dan siswi SMP Bina Muda beriringan masuk ke dalam kelas. Sebagian hilir mudik di halaman dan lapang sekolah. Bahkan tidak sedikit masih di kantin, seolah-olah tidak peduli dengan bunyi bel yang memberitahukan kegiatan belajar segera dimulai.Â