Guru piket berbicara lewat mikrofon agar semua siswa masuk ke dalam kelas. Toleransi waktu lima menit telah habis, siswa masih berkeliaran di luar kelasnya. Terpaksa guru piket menghampiri dan menegur secara langsung.Â
"Ayo masuk ke kelas. Waktu istirahat sudah habis. "
"Tanggung, Bu. Ini lagi habisin makanan. " Siswa bertubuh gempal menjawab.Â
"Kita tinggalin aja si Monti. Yuk kita ke kelas," ajak siswa berpostur jangkung.
"Tapi aku mau salim dulu sama Bu Puspa. " Siswa bertubuh kecil mendekati guru piket, mengulurkan tangannya.
Siswa itu setengah berlari masuk ke kelasnya, diikuti kedua temannya. Puspa meringis, antara sakit dan gatal. Punggung tangannya ditusuk kuku panjang.Â
"Bu Puspa pulangnya kalau tidak ada acara, kita main ke mal baru. " Seseorang mencolek tangan dari belakang.Â
Puspa membalikkan tubuhnya, "Maaf Bu Anung. Kebetulan pulangnya, saya sedang ada keperluan. "
Jam menunjukkan pukul 02.00, sekolah sudah mulai sepi. Â Motor yang dikendarai Puspa keluar dari pintu gerbang.Â
Jalan perkampungan yang ditempuh tiga puluh menit. Sebuah rumah sederhana tapi asri bukanlah yang pertama dikunjunginya. Setelah mengucapkan salam, Puspa masuk ke dalam rumah yang tampak sepi seperti tidak berpenghuni.Â
Tanpa ragu Puspa masuk ke dalam kamar. Seseorang sedang berbaring lemah, tetapi senyumnya tidak pernah hilang di pelupuk mata begitu juga kebaikannya yang sampai sekarang sangat membekas.Â