Mohon tunggu...
linda fatiah
linda fatiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi : membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Bullying Terhadap Kesehatan Mental

17 Desember 2023   17:20 Diperbarui: 17 Desember 2023   17:42 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ABSTRAK

Bullying dalam bahasa inggris memiliki arti penindasan. Bullying merupakan suatu tindakan agresif atau penindasan kepada seseorang yang bersifat repetitive dan bertujuan untuk menyakiti, merendahkan ataupun menakut-nakuti seseorang secara fisik, verbal, sosial, atau melalui sarana online. Bullying biasanya dilakukan oleh seseorang secara disengaja  dan biasanya dilakukan secara individu maupun kelompok secara terus-menerus. 

Bullying dapat menimbulkan dampak yang serius pada korban, seperi terjadinya masalah kesehatan mental, emosional, dan fisik. Bullying biasanya banyak terjadi di kalangan anak remaja di lingkungan sekolahnya. Anak-anak yang di bully ini biasanya cenderung memiliki mental yang lebih pendiam, penakut, dan jarang bersosialisasi dengan orang. Oleh karena itu, kita harus melakukan pendidikan kepada anak agar tidak menjadi pelaku bullying maupun menjadi korban bullying.

Kata kunci : Bullying, Dampak bullying, Kesehatan mental, Lingkungan Pendidikan.

ABSTRACT

Bullying in English means oppression. Bullying is an aggressive act or oppression towards someone that is repetitive and aims to hurt, humiliate or frighten someone physically, verbally, socially, or through online means. Bullying is usually carried out by someone intentionally and is usually carried out individually or in groups continuously. Bullying can have serious impacts on victims, such as mental, emotional and physical health problems. Bullying usually occurs among teenagers in their school environment. Children who are bullied usually tend to have a quieter, more fearful mentality and rarely socialize with people. Therefore, we must educate children so that they do not become bullies or victims of bullying.

Keywords: Bullying, impact of bullying, mental health, educational environment.

PENDAHULUAN

Bullying merupakan sebuah kata dari bahasa inggris yang memiliki arti penindasan. Secara umum, bullying di artikan sebagai suatu tindak kekerasan atau penindasan kepada seseorang secara disengaja maupun tidak disengaja yang dilakukan oleh suatu individu atau kelompok dengan tujuan untuk membuat korban agar tersakiti dan takut karena dilakukan secara terus-menerus. Menurut Schort (2014), Bullying merupakan tindak kasar atau agresif kepada seseorang baik secara fisik maupun verbal yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang merasa mereka lebih kuat dibandingkan kekuatan korban yang ditindasnya.

Pendidikan merupakan lingkungan yang menjadi tempat terlibatnya individu yang saling berinteraksi. Dalam interaksi antar individu ini, baik antara guru dengan para siswa maupun siswa dengan siswa lainnya, terjadi proses dan peristiwa psikologis. 

Peristiwa dan proses prikologis ini sangat perlu untuk dipahami dan dijadikan landasan oleh para guru dalam memperlakukan siswanya dengan tepat (Mustofa, 2015: 15). Karena bullying ini kerap terjadi di dunia pendidikan seperti di lingkungan sekolah, dan biasanya terjadi antara pelajar yang satu dengan yang lainnya. 

Tindakan bullying ini memiliki kaitan yang erat dengan kesehatan mental pelajar. Kesehatan mental merupakan cabang ilmu yang mempelajari kesehatan jiwa yang menitikberatkan pada rohani yang sehat dengan melihat perilaku manusia sebagai satu bentuk psikofisik yang kompleks. 

Menurut Daradjat, Kesehatan mental adalah terbentuknya kesesuaian dan keserasian antara fungsi kejiwaan satu dengan yang lainnya sehingga dapat mencipatakan penyesuaian yang imbang antara manusia dengan lingkungan disekitarnya.

PEMBAHASAN

Tindak bullying ini sangat bervariasi dan terjadi di seluruh dunia. Menurut U.S. Department of Health and Human Services, jenis bullying yang paling sering terjadi adalah bullying dalam bentuk verbal dan sosial, dengan persentase:

1. Panggilan nama yang mengejek : 44,2%

2. Menggoda : 43,3%

3. Menyebar rumor atau kebohongan : 36,3%

4. Mendorong : 32,4%

5. Memukul, menampar, menendang : 29,2%

6. Mengancam : 27,4%

7. Mencuri : 27,3%

8. Melakukan bullying dalam komentar : 23,7%

9. Melalui email atau blog : 9.9%

Tindak bullying yang dilakukan ini dapat menyebabkan kecemasan hingga menyebabkan kesehatan mentalnya yang terganggu seperti dapat menimbulkan depresi dan stress pada korban yang dibully. Depresi dan stress yang disebabkan oleh tindak bullying dapat menimbulkan perilaku bunuh diri pada korban. Kasus bullying dari masa dini dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan mental anak. Anak yang merupakan korban bullying cenderung lebih tidak percaya diri, mudah merasa cemas dan ketakutan, serta menghindar dari sekolah akibat takut sehingga mengganggu konsentrasi belajarnya.

Bullying dapat mendorong korban yang dibully untuk menarik diri dari lingkungan sosial maupun keluarga, menjadi seseorang yang lebih pendiam dan menimbulkan rasa phobia social. Korban bullying juga lebih rentan terhadap stress dan depresi. Bahkan, korban bullying dapat melakukan tindak bullying kepada orag yang lainnya karena sebagai sarana menyalurkan amarah dan rasa ingin balas dendam.

Pada beberapa kasus bullying, korban bahkan terpengaruh untuk melakukan pembunuhan maupun melakukan tindak bunuh diri. Jika tindak bullying dilakukan kepada korban secara berulang-ulang dalam jangka panjang, efek bullying tersebut dapat bertahan pada korban hingga dewasa.

Bullying terhadap kesehatan mental tidak hanya berdampak pada korban bullying, namun juga pelaku bullying dan saksi bullying. Pada pelaku bullying, terjadi beberapa dampak negatif terhadap kesehatan mental. Pelaku bullying cenderung memiliki rasa percaya diri yang berlebih, memiliki sifat yang agresif dan menyukai kekerasan, keras kepala dan mudah marah, serta memiliki sedikitnya rasa empati. Hal ini menyebabkan pelaku bullying tidak dapat memiliki hubungan yang sehat, keras kepala sehingga susah diajak kerjasama, dan menganggap dirinya paling kuat dan hebat sehingga mempengaruhi interaksi sosialnya.

Siswa yang menyaksikan tindak bullying dapat berasumsi bahwa bullying adalah perilaku yang diterima secara sosial jika dibiarkan tanpa edukasi dan tindak lanjut. Beberapa saksi bullying bahkan akan bergabung dengan pelaku karena ancaman dan rasa takut akan menjadi sasaran berikutnya. Bahkan pada saksi yang kurang rasa empati, hanya akan diam saja tanpa membantu korban bullying.

Bullying merupakan gejala sosial dan mental yang tdak dapat kita jadikan sebagai bahan candaan semata. Gejala sosial ini dapat menjadikan dunia lebih buruk jika kita biarkan. Bullying membawa kerugian baik dari sisi pelaku maupun korban. Bagi sisi korban, tentunya ia akan merasakan luka mental yang sangat mendalam dan berpotensi akan munculnya gangguan psikologis yang sifatnya traumatis. Kemudian dari sisi pelaku, bullying memberikan beberapa dampak dan luka dalam yang tak main-main kepada pelakunya. Jika kita mengkaji tindakan bullying ini secara holistik, dapat diketahui sebab dari tindakan ini tak lain adalah karena dari pihak pelaku, mereka mencari bentuk afirmasi atau legitimasi pengaruh dirinya atas orang lain.

Bullying merupakan perilaku agresif yang menyebabkan si korban langsung memperoleh luka mental pada saat tindakan tersebut dilakukan. Sangat sulit bagi peneliti untuk memberikan definisi yang pas akan tindakan yang marah terjadi ini. Beberapa ahli mengatakan bahwa bullying merupakan bentuk penyerangan non verbal, namun ada pula yang memberikan definisi lain yaitu berupa penyerangan verbal.

Dampak dari perilaku bullying ini sangat negative, maka dari itu perilaku bullying harus mendapatkan perhaian khusu oleh para praktisi Pendidikan. Sebab dampak bullying yang dibiarkan secara terus-menerus dapat menyebabkan fatal. Karena Sebagian korban yang dibully bisa menjadi tertekan bahkan bia menyebabkan korban menjadi meninggal dunia. 

Ada slah satu contoh kasus kematian akibat dari bullying adalah kematian anak remaja yang berusia 13 tahun berinisial FK yang melakukan aksi bunuh diri pada 15 juli 2005. Kematian tersebut terjadi karena anaknya rasa minder dan frustasi karena korban sering di ejek sebagai anak tukang bubur oleh teman-temannya disekolahnya. ( Ibid, 17).

KESIMPULAN

Bullying adalah suatu tindakan negatif yang dilakukan secara berulang-ulang dimana tindakan tersebut dilakukan dengan sengaja dan bertujuan untuk melukai dan membuat seseorang merasa tidak nyaman. 

Bullying dapat menyebabkan kesehatan mental menjadi terganggung. Kesehatan mental merupakan cabang ilmu yang mempelajari kesehatan jiwa yang menitikberatkan pada rohani yang sehat dengan melihat perilaku manusia sebagai satu bentuk psikofisik yang kompleks. 

Beberapa kesehatan mental yang dapat terjadi yaitu seperti korban mengalami depresi dan stress dan menyebabkan korban untuk bunuh diri. Tindak bullying ini sangat bervariasi dan terjadi di seluruh dunia. Menurut U.S. Department of Health and Human Services, jenis bullying yang paling sering terjadi adalah bullying dalam bentuk verbal dan sosial diantaranya yaitu panggilan nama yang mengejek, Menggoda, Menyebar rumor atau kebohongan, Mendorong, Memukul, menampar, menendang, Mengancam, Mencuri, Melakukan bullying dalam komentar, Melalui email atau blog. perilaku bullying harus mendapatkan perhaian khusu oleh para praktisi Pendidikan. Sebab dampak bullying yang dibiarkan secara terus-menerus dapat menyebabkan fatal.

Pemahaman moral adalah pemahaman individu yang menekankan pada alasan mengapa suatu tindakan dilakukan dan bagaimana seseorang berpikir sampai pada keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau buruk. Pemahaman moral bukan tentang apa yang baik atau buruk, tetapi tentang bagaimana seseorang berpikir sampai pada keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau buruk.Peserta didik dengan pemahaman moral yang tinggi akan memikirkan dahulu perbuatan yang akan dilakukan sehingga tidak akan melakukan menyakiti atau melakukan bullying kepada temannya. Sebagai orang dewasa, kita harus bisa menuntun dan mengajarkan pada anak-anak tentang perilaku moral dan perbedaan perilaku baik dan buruk. Serta konsekuensi jika melakukan tindakan yang buruk. Agar anak-anak dapat memiliki pemahaman tentang adanya konsekuensi atas setiap tindakan dan pilihan yang mereka buat.

Hal ini dapat mendidik anak untuk terbiasa berpikir sebelum bertindak, dan menimbangkan konsekuensi yang akan terjadi atas tindakan mereka. Kita juga harus bisa mengedukasi anak atas buruknya tindak bullying, baik jika hanya bercanda maupun dilakukan dengan serius. Tindak bullying akan memberikan dampak berkepanjangan terhadap korban, pelaku, maupun saksi. 

Terhadap korban, maka akan membuat mental korban tersebut cenderung lebih pemalu, penakut, pendiam, dan tidak ingin mengekspresikan diri. Bahkan pada beberapa kasus, korban bullying akan memiliki sifat ingin menyakiti diri sendiri, depresi, anxiety, dan penyakit mental lainnya. Pada pelaku bullying, akan menimbulkan sifat paling hebat, percaya diri berkelebihan, keras kepala, dan kasar yang biasanya akan terbawa hingga usia tua. Dan pada saksi, akan muncul sifat bodo amat akan hal buruk yang terjadi di depan mata, dan tidak peduli serta tidak dapat bersimpati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun