Mohon tunggu...
linda fatiah
linda fatiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi : membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Bullying Terhadap Kesehatan Mental

17 Desember 2023   17:20 Diperbarui: 17 Desember 2023   17:42 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

8. Melakukan bullying dalam komentar : 23,7%

9. Melalui email atau blog : 9.9%

Tindak bullying yang dilakukan ini dapat menyebabkan kecemasan hingga menyebabkan kesehatan mentalnya yang terganggu seperti dapat menimbulkan depresi dan stress pada korban yang dibully. Depresi dan stress yang disebabkan oleh tindak bullying dapat menimbulkan perilaku bunuh diri pada korban. Kasus bullying dari masa dini dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan mental anak. Anak yang merupakan korban bullying cenderung lebih tidak percaya diri, mudah merasa cemas dan ketakutan, serta menghindar dari sekolah akibat takut sehingga mengganggu konsentrasi belajarnya.

Bullying dapat mendorong korban yang dibully untuk menarik diri dari lingkungan sosial maupun keluarga, menjadi seseorang yang lebih pendiam dan menimbulkan rasa phobia social. Korban bullying juga lebih rentan terhadap stress dan depresi. Bahkan, korban bullying dapat melakukan tindak bullying kepada orag yang lainnya karena sebagai sarana menyalurkan amarah dan rasa ingin balas dendam.

Pada beberapa kasus bullying, korban bahkan terpengaruh untuk melakukan pembunuhan maupun melakukan tindak bunuh diri. Jika tindak bullying dilakukan kepada korban secara berulang-ulang dalam jangka panjang, efek bullying tersebut dapat bertahan pada korban hingga dewasa.

Bullying terhadap kesehatan mental tidak hanya berdampak pada korban bullying, namun juga pelaku bullying dan saksi bullying. Pada pelaku bullying, terjadi beberapa dampak negatif terhadap kesehatan mental. Pelaku bullying cenderung memiliki rasa percaya diri yang berlebih, memiliki sifat yang agresif dan menyukai kekerasan, keras kepala dan mudah marah, serta memiliki sedikitnya rasa empati. Hal ini menyebabkan pelaku bullying tidak dapat memiliki hubungan yang sehat, keras kepala sehingga susah diajak kerjasama, dan menganggap dirinya paling kuat dan hebat sehingga mempengaruhi interaksi sosialnya.

Siswa yang menyaksikan tindak bullying dapat berasumsi bahwa bullying adalah perilaku yang diterima secara sosial jika dibiarkan tanpa edukasi dan tindak lanjut. Beberapa saksi bullying bahkan akan bergabung dengan pelaku karena ancaman dan rasa takut akan menjadi sasaran berikutnya. Bahkan pada saksi yang kurang rasa empati, hanya akan diam saja tanpa membantu korban bullying.

Bullying merupakan gejala sosial dan mental yang tdak dapat kita jadikan sebagai bahan candaan semata. Gejala sosial ini dapat menjadikan dunia lebih buruk jika kita biarkan. Bullying membawa kerugian baik dari sisi pelaku maupun korban. Bagi sisi korban, tentunya ia akan merasakan luka mental yang sangat mendalam dan berpotensi akan munculnya gangguan psikologis yang sifatnya traumatis. Kemudian dari sisi pelaku, bullying memberikan beberapa dampak dan luka dalam yang tak main-main kepada pelakunya. Jika kita mengkaji tindakan bullying ini secara holistik, dapat diketahui sebab dari tindakan ini tak lain adalah karena dari pihak pelaku, mereka mencari bentuk afirmasi atau legitimasi pengaruh dirinya atas orang lain.

Bullying merupakan perilaku agresif yang menyebabkan si korban langsung memperoleh luka mental pada saat tindakan tersebut dilakukan. Sangat sulit bagi peneliti untuk memberikan definisi yang pas akan tindakan yang marah terjadi ini. Beberapa ahli mengatakan bahwa bullying merupakan bentuk penyerangan non verbal, namun ada pula yang memberikan definisi lain yaitu berupa penyerangan verbal.

Dampak dari perilaku bullying ini sangat negative, maka dari itu perilaku bullying harus mendapatkan perhaian khusu oleh para praktisi Pendidikan. Sebab dampak bullying yang dibiarkan secara terus-menerus dapat menyebabkan fatal. Karena Sebagian korban yang dibully bisa menjadi tertekan bahkan bia menyebabkan korban menjadi meninggal dunia. 

Ada slah satu contoh kasus kematian akibat dari bullying adalah kematian anak remaja yang berusia 13 tahun berinisial FK yang melakukan aksi bunuh diri pada 15 juli 2005. Kematian tersebut terjadi karena anaknya rasa minder dan frustasi karena korban sering di ejek sebagai anak tukang bubur oleh teman-temannya disekolahnya. ( Ibid, 17).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun