Bertamu juga menceritakan yang sebenarnya, keluarganya sudah lama tidak tinggal dirumah itu. Bahkan ayahnya sudah menikah dengan wanita lain, ia tak tau keberadaan ibu juga kakak perempuannya. Ia seraya istigfar, merasa memang hidupnya seperti disinetron. Tidak banyak bicara, ia hanya menitipkan nomor Hp untuk ayahnya.
Kepulangan mereka pun disambut dengan berita yang tidak mengenakkan telinga, keadaan keluarganya membuat ia menjadi buah bibir diperkampungan. Tak sekali ia meneteskan air mata karena hal itu.
Sebagian orang tidak senang melihat perubahan orang lain, selalu mengecap orang berdasarkan masa lalu.
“ Begini lho umi” hal yang selalu membuat mereka romantis.
“ Wanita baik itu,
Dia yang tetap tersenyum walau hatinya sedang terluka. Dia yang tetap tegar walau sebenarnya ia ingin menangis. Dia yang tetap menerima walau hatinya begitu kecewa. Dia yang tetap kuat walau sebenarnya ia merasa tak sanggup lagi. Dia yang tetap semangat walau diterpa banyak masalah. Dia yang tetap tawakkal. Karena semuanya akan kembali baik-baik saja sayang “ memegang erat tangannya sang istri.
“ Kalau misalkan kisah ini difilmkan, sudah seperti drama india Tumhiho itu ya abi” menghapus air mata yang sudah menitik perlahan.
“ Hahahaha... umi, umi” sambil mencium kening buah hatinya yang sedang tertidur.
“ Apaan sih” tertawa bersama.
Kehidupan mereka memang sangat sederhana, bahkan mulai terlihat keakuran tampak bahan iri teman-teman sebaya si suami. Belum lagi paras si istri yang lembut dan penurut.
“ pantasan jaya” sahut temannya yang sedang memetik cabe.