Mohon tunggu...
Lince Ritonga
Lince Ritonga Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Horass...\r\n\r\nAnak Medan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mutiara Hati

11 April 2016   14:57 Diperbarui: 11 April 2016   15:03 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ Benar-benar dikampung ya abi !” pernyataannya tak disahut suaminya, tengah sibuk memandangi perubahan kampung halaman “ Sipirok Nangali” Kabupaten Tapanuli Selatan.

Untuk tinggal bersama keluarga ada rasa kurang nyaman dalam hati si istri. Tapi ia kerap menjaga perasaan suaminya, belum lagi adaptasi lumayan susah. Ia tak pernah kesawah, ia tak pernah bercocok tanaman, bahkan sesekali sikap mertua tampak kesal saat ia salah menanam bibit tanaman.

“ lelah...” hatinya sepi, kehidupannya memang bertolak belakang dengan apa yang dijalani selama ini. Untuk bermanja dengan suami sedikit berkurang, karena tinggal dirumah mertua. Tapi tak bisa dihilangkan, namanya wanita. Untuk akhir-akhir itu ia merasa suaminya mulai tidak perhatian, belum lagi sensitif tak karuan hamil anak pertama.

“ Bagaimana umi ?” sengaja ingin bercanda setelah selesai makan malam. Ia diam saja waktu itu, suaminya terus bercanda membujuk istrinya. Tiba-tiba gelas yang ditangannya jatuh, itu merebut perhatian semua orang dirumah itu. “ Kenapa ?” istrinya tetap diam sambil membersihkan kepingan gelas itu. Ia sangat paham betul, suasana hati istrinya lagi sensitif dan bukan waktu yang pas untuk diajak bercanda.

Mertuanya hanya diam tak berkomentar dengan kejadian itu, hanya saja adik iparnya membuat tersinggung. “ Tenanglah, ini resiko tinggal sama mertua” semakin sesak, belum lagi ia mengira suaminya akan melayani gundahnya, malah ditingggal kekedai kopi.

“ Alhamdulillah semua baik-baik saja” balasan sms ke  sahabatnya.  Tak sekali ia menampakkan lelah yang sudah mengintai.

Mendengar ke cemasan seorang temannya atas kelahiran anak pertama. Setelah itu sisuami terdiam, “ kenapa aku tak pernah berpikir kesana?” dalam benaknya seolah lupa istrinya sedang hamil muda.  Tanpa melanjutkan cerita tersebut, ia langsung bergegas pulang kerumah. Hatinya sedikit tidak enak, karena kejadian tadi.  Sesampai dirumah ternyata istrinya sudah tertidur lelap, ia memandanginya. Terlihat lelah yang sudah tak terjelaskan. Wajar saja ia kaget dengan sekarang ini,  ia tak terbiasa dengan hidup sudah, sambil menarik selimut lalu mencium keningnya.

“ apa yang harus kuperbuat ?” kerap tak bisa lelap. Tiba-tiba ia memutuskan untuk pisah rumah dengan kedua orang tuanya. Mulanya orangtuanya mengira menantunya yang tidak betah, tapi dengan kejelian si anak mampu menjelaskan tanpa rasa curiga orang tuanya.

“ Abi...?”, “ hmmmmmmm...?”

“ Kok, hmmmmmmmmmm.. doang” mencubit manja suaminya. “ Maafkan umi, yang belum bisa jadi menantu yang baik buat ayah dan ibu”raut wajahnya tidak mendamaikan.

“ Eps, jangan mikir yang aneh-aneh, kita pindah supaya kita mandiri”meyakinkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun