Mohon tunggu...
Lince Ritonga
Lince Ritonga Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Horass...\r\n\r\nAnak Medan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mutiara Hati

11 April 2016   14:57 Diperbarui: 11 April 2016   15:03 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang namanya dikampung, sedikit banyaknya gosip tersebar. Mulai dari ketidaktauan si istri bertani, bahkan tak satu dua orang mengatai karena ia keseringan dirumah. Walau demikian atas bimbingan dari suami, ia kerap menjalin silaturahmi dengan tetangga-tetangganya.

Bahkan tak lebih kepada mertua, ternyata setelah pisah perhatiannya semakin terlihat. Kandungannya telah berjalan lima bulan , ia masih saja ingin ikut bersama suaminya keladang. Atas izin suami, ia pun diperbolehkan. Terkadang ia hanya duduk dan menemani suaminya saja, tapi tak membuat suaminya merasa terganggu.

Disamping tanaman kopi Ateng, mereka menanami seperti sayuran. Alhamdulillah lumayan untuk kehidupan sehari-hari, untuk para tetangga tidak sekali dua kali berkunjung bahkan sengaja keladang mereka untuk memetik sayur. Melihat gigih sisuami,ramah juga pemberi masyarakat  sekitar pun salut.

Dimulai usahanya yang lumayan berjalan lancar, ia mulai menjual sayuran ditambah panen cabe yang lagi mahal. Saat itu ia sempat kewalahan, hasil panennya memuncak. Keyakinan juga semangatnya memang didukung seorang istri yang bijak juga lembut, memang tak dipungkiri ia hanya memberi motivasi untuk turun langsung tak sedikit ia bisa, tapi bagi seorang suami itu merupakan faktor yang paling penting.

Seperti, “ umi siap susah” membuat dirinya tersenyum sendiri. “ andai kesenangan  apa dayaku, sejak lahir aku memang sudah susah sayang” ucapnya pelan tak ketulungan.

Melihat kebelakang tidak mudah, tahun pertama mereka saling egois, tapi lama kelamaan ada hati yang mengalah seiring tulusnya cinta. Ingin tahu satu sama lain, dan akhirnya mereka behasil melewatinya.

“Sikap hormat juga penyanyang sama keluarga senantiasa memudahkan rizki “ mengomentari beberapa pertanyaan pekerja diladangnya.

Persalinan anak pertama, alhamdulillah sehat wal afiat, itu merebut perhatian beberapa orang. Suami yang begitu menyanyangi istri dan anaknya. Tak juga melupakan kedua orang tua bahkan terus berusaha menemui keluarga istrinya.

Keyakinan bahwa keluarga kecilnya mendapat restu dari sang ayah istri, tapi tak juga berhasil. Itu membuat sedikit galau, bahkan anaknya sudah berumur 2 tahun lebih. Untuk terakhir kalinya mereka menemuinya.

Rumah besar  itu hanya ditinggali seorang pembantu ayahnya, kerap ia masih dipanggil nona. Melihat penampilan mantan majikannya membuat kagum, spontan pembantu rumahnya mengucapkan

 “ subhanalloh...”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun