"Karena Akil anak Ibu," jawab Ibu Akil dengan senyum manisnya.
"Ayah kangen juga?" tanya Akil kemudian kepada Ayahnya.
"Tentu saja kangen. Akil kan anak Ayah. Jagoan Ayah," jawab Ayah Akil sambil menggendong Akil kembali.
Mueza terharu menyaksikan pertemuan Akil dan keluarganya. Sedangkan Mueza sebenarnya sudah kangen orang tuanya, tetapi Pak Elang belum juga datang. Mueza ingin menangis, tetapi ditahan karena malu.
"Ayah, Ibu kemarilah. Ini teman-teman baruku. Mereka korban kebakaran lahan jati. Aku memberikan pertolongan pertama kepada mereka setelah mereka diselamatkan oleh Paman Elang," kata Akil sambil menggandeng tangan Ayah dan Ibunya.
"Benarkah?" tanya Ibu Akil yang merasa bangga dengan Akil.
"Benar, Ibu!"
"Anak Ibu memang hebat!" puji Ibu Akil kepada Akil, namun sebenarnya Ibu Akil masih penasaran dengan Paman Elang yang dimaksud Akil.
"Selamat datang, Bibi. Aku Mueza, teman baru Akil," kata Mueza memperkenalkan diri.
"Aku Kino. Dan ini saudara kembarku Keno," kata salah satu anak kambing tersebut yang ikut memperkenalkan diri.
"Tadi kita sudah mengobrol ya Bibi Kelinci, tetapi belum sempat memperkenalkan diri," sahut anak kambing yang satunya lagi.