"Akil, ini sangat banyak. Boleh aku bawa pulang untuk aku bagikan kepada saudaraku yang lain?" tanya Raisya kemudian.
"Boleh. Dan besok kamu ajari saudaramu, bagaimana cara membuat perahu mainan ini ya! Supaya mereka juga pintar seperti kamu," kata Akil.
"Iya, aku pasti mengajari mereka!" jawab Raisya dengan senyum manisnya.
Tiba-tiba mata Raisya tertuju kepada Pak Elang yang sedang tertidur pulas. Raisya nampak tegang dan ketakutan, lalu memeluk Akil. Akil kaget, kenapa Raisya bersikap seperti itu.
"Raisya, kamu kenapa?" tanya Akil dengan penuh keheranan.
"Ada burung elang jahat di sana. Aku takut!" jawab Raisya dengan detak jantungnya yang semakin kencang.
"Itu Paman Elang. Dia baik, kok!" jawab Akil dengan santai.
"Dari mana kamu tahu, Akil?" tanya Raisya keheranan.
"Paman Elang yang menolongku untuk mencari rumahku. Aku tersesat sejak kemarin lusa. Aku lupa jalan pulang. Dan Pak Elang akan membantuku menemukan rumahku dan keluargaku!"
"Tapi kata ayah dan ibuku, burung elang itu jahat. Burung elang akan memangsa siapapun yang dilihatnya jika ia lapar. Dan jika melihat burung elang, semua harus bersembunyi," Raisya pun mencoba menjelaskan kepada Akil tentang apa yang diketahuinya tentang burung elang.
"Kamu sudah pernah lihat saat sebangsamu dimangsa burung elang?" lanjut Akil dengan pertanyaan yang menantang.