Mohon tunggu...
Lina WH
Lina WH Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

• Ibu dari seorang anak laki-laki, Mifzal Alvarez.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Fabel - Persahabatan Akil dan Noya [Bagian 10]

11 Januari 2019   10:54 Diperbarui: 11 Januari 2019   11:59 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Di sini tidak ada habitat kelinci yang tinggal, Paman. Kebanyakan di sini hanya dihuni unggas yang tidak bisa terbang," jawab salah satu anak ayam mutiara dengan cerdas.

"Baiklah kalau begitu. Aku pamit dulu ya, sampai jumpa!" kata Pak Elang yang kemudian berlalu terbang meninggalkan sekumpulan anak ayam mutiara tersebut.

Lambaian sayap anak ayam mutiara tersebut masih kelihatan saat Pak Elang mulai terbang menjulang tinggi.

Baru sekejap terbang, Pak Elang pun sudah menemukan tempat istirahat Akil.

"Paman!" teriak Akil sambil berlari menuju Pak Elang yang baru saja mendarat.

"Kamu sudah makan, Akil?" tanya Pak Elang kemudian.

"Sudah, Paman! Tadi aku makan lobak. Ternyata banyak lobak di sini," jawab Akil dengan senyum manisnya.

"Kenapa tidak makan buah apel dan pisang yang sudah aku siapkan di sampingmu tadi, Akil?" tanya Pak Elang yang ingin tahu.

"Aku tahu itu milik Paman. Tapi, Paman belum memberikan amanah kepadaku untuk memakan buah itu. Makanya, lebih baik aku cari makanan sendiri. Dan ternyata ada banyak tanaman lobak di sini," jawab Akil yang membuat Pak Elang bangga.

"Anak pintar! Baiklah, aku istirahat dulu, Akil. Tadi aku habis terbang menyenangkan anak-anak ayam mutiara yang sempat takut melihatku. Nanti setelah lelahku hilang, aku akan mengajakmu kembali mencari keluargamu. Kalau di padang ilalang sini memang tidak ada habitat kelinci yang tinggal," kata Pak Elang sembari membaringkan tubuhnya di samping Akil.

Akil lalu duduk manis dan berusaha tidak berisik di samping Pak Elang. Satu jam berlalu, dan Akil pun mulai bosan. Hingga akhirnya Akil menemukan ide untuk membuat perahu kecil dari jantung pisang yang tercecer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun