"Karena elang itu jahat. Dia selalu memangsa bangsa kami ataupun unggas lainnya dan juga binatang kecil lain penghuni padang ilalang ini!" jawab anak ayam mutiara yang lainnya.
Pak Elang hanya terdiam sambil menghela nafas. Tidak menyangka jika elang telah dinilai negatif oleh penduduk padang ilalang ini.
"Anak-anak, apakah aku kelihatan menyeramkan? Apakah aku kelihatan hendak memangsa kalian?" lanjut Pak Elang dengan pertanyaan ringan kepada sekumpulan anak ayam mutiara.
"Tadi kan temanku kamu cemgkram lalu kamu bawa terbang!" kata salah satu anak ayam mutiara.
"Siapa tadi yang aku cengkram? Ayo ceritakan kepada temanmu yang lain. Apakah cengkramanku membuat sakit?"
"Tidak. Aku tidak sakit. Cengkramannya lembut, kok!" jawab anak ayam mutiara yang tadi sempat dicengkram dan dibawa terbang Pak Elang.
"Benarkah begitu?" tanya anak ayam mutiara yang lainnya.
Lalu anak ayam mutiara yang sempat dicengkram Pak Elang tadi bercerita bagaimana rasanya dicengkram dan dibawa terbang oleh Pak Elang. Sama sekali tidak sakit, dan anak ayam mutiara yang lain pun ingin merasakan dibawa terbang oleh Pak Elang.
"Paman Elang, maukah Paman mengantar kami pulang ke rumah kami? Tetapi sambil terbang ya!" pinta salah satu anak ayam mutiara tersebut.
"Baiklah. Jumlah kalian ada berapa?" tanya Pak Elang yang menyanggupi permintaan anak ayam mutiara tersebut.
"Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh...! Ada tujuh, Paman!"