"Paman, sudah bertemu dengan ibuku ya?" tanya Akil dengan penuh harap.Â
"Belum, Akil. Tadi Pagi ke desa Meadow Green. Kamu tahu desa itu?" lanjut Pak Elang.Â
"Aku tidak tahu!" jawab Akil yang kemudian terduduk lesu di kursi samping Pak Elang.Â
"Anak hilang, anak hilang...!" kata Noya dengan olok-olokan yang membuat Akil marah.Â
Ayah Noya lalu mengalihkan pembicaraan Akil supaya tidak memukul Noya. Sementara Ibu Noya menasehati Noya dengan pelan dan lembut, supaya Noya bisa mengerti.Â
"Bagaimana jika besok Akil ikut terbang bersama Paman? Supaya pencarian tentang keluargamu cepat selesai," Pak Elang pun menawarkan satu cara kepada Akil dan berharap Akil tidak menolaknya.Â
"Boleh, Paman! Itu pasti akan menyenangkan," kata Akil yang menyetujui ajakan Pak Elang.Â
Setelah banyak berbicara dan makan bersama, Pak Elang pun pamit undur diri.Â
Akil dan Noya pun akhirnya main bersama. Bernyanyi bersama. Dan sesekali berdebat. Ayah dan Ibu Noya tetap mengawasi mereka.Â
"Noya, kamu bisa bernyanyi? Nyanyi tentang Noya," kata Akil kemudian.Â
"Apa itu? Aku tidak tahu," jawab Noya yang merasa kebingungan dengan pertanyaan Akil.Â