"Ayah, Akil belum bangun," kata Noya manja dalam gendongan sang Ayah.Â
"Biarkan saja, Akil tidak tidur semalaman!"Â
"Tapi Akil tidak mati, kan?" tanya Noya dengan polosnya.Â
"Noya, Akil itu tidur pulas karena semalaman Akil tidak tidur," kata Ayah Noya sambil mengusap-usap kening Noya.Â
"Tapi saat aku intip, Akil tidak bergerak. Aku takut Akil mati," lanjut Noya dengan kata-kata polosnya.Â
Ayah Noya lalu membawa Noya masuk rumah, dan mendudukkan Noya di kursi ruang keluarga. Sementara Ibu Noya masih sibuk di dapur menyiapkan makanan untuk makan malam.Â
"Noya, tidak boleh berkata seperti itu, ya! Akil makan banyak, kok! Akil kuat. Akil juga sehat!" terang Ayah Noya kemudian.Â
Lalu ayah Noya dan Noya pun bercanda bersama dan sesekali tertawa bersama. Ibu Noya kadang tersenyum sendiri di dapur mendengar candaan Ayah dan anak tersebut.Â
"Ayah, silahkan minum teh hangatnya!" kata Ibu Noya sembari menghidangkan minuman teh hangat kepada ayah Noya.Â
"Aku boleh mencicipi?" tanya Noya dengan manja.Â
"Noya, kalau Noya mau biar ibu buatkan. Jangan minum punya Ayahmu. Itu tidak sopan, Nak!" kata Ibu Noya kemudian setelah mendengar ucapan Noya.Â