"Tapi aku ingin punya Ayah!" rengek Noya kemudian.Â
"Tidak boleh, Noya! Itu tidak sopan."Â
Noya pun akhirnya menurut apa kata Ibunya. Tidak lama kemudian, bel rumah Noya berbunyi. Itu adalah tanda jika ada tamu yang sudah di depan rumah.Â
"Ayah, biar aku saja yang membukakan pintu," kata Noya sambil berlari menuju pintu.Â
"Selamat sore Noya. Ada Ayahmu di rumah?" tanya Pak Elang, tamu yang ternyata datang ke rumah.Â
"Selamat sore, Paman. Ayah ada di rumah. Silahkan masuk," kata Noya dengan sopan kepada Pak Elang.Â
Pak Elang lalu masuk dan disambut oleh Ayah dan Ibu Noya.Â
"Saya sudah berkeliling di desa Meadow Green. Tapi kedatangan saya tidak disambut baik oleh warga. Mereka ketakutan. Mungkin mereka sangka, saya hewan kanibal," kata Pak Elang membuka pembicaraan.Â
"Oh, begitu! Ini sungguh merepotkanmu, Pak Elang!" kata Ayah Noya kemudian.Â
"Tak mengapa, Pak. Mungkin sejarah terdahulu yang membuat masyarakat Meadow Green sangat takut melihat saya datang," lanjut Pak Elang.Â
Lalu tiba-tiba Akil keluar dari pintu kamar. Kemudian lari menuju Pak Elang.Â