Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, mengatakan bahwa “hadirnya sirkuit Mandalika merupakan wujud simbol kebangkitan ekonomi dan pemulihan sektor pariwisata, sebab dengan adanya hal tersebut akan membuka banyak lapangan kerja bagi masyarakat”.
Dimana Indonesia menjadi tuan rumah dari dua event olahraga balap internasional yaitu WSBK (World Superbike) dan MotoGp, dengan melibatkan 24 pembalap dari mancanegara yang saling memperebutkan gelar (Oktari,2021).
Maka adanya pagelaran olahraga balap internasional ini, menjadi salah satu agenda utama Indonesia di tahun 2021 dan 2022. Karna dengan adanya event tersebut, dianggap memiliki potensi yang cukup kuat untuk memulihkan ekonomi Indonesia di era new normal (recovery).
Analisis upaya pembangunan berkelanjutan ekowisata di Mandalika.
Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Kute Lombok Tengah, telah mendoroang terciptanya jenis pekerjaan baru sekaligus menumbuh kembangkan perekonomian masyarakat secara cepat. Selain upaya pemerintah untuk menjadikan daerah tersebut menjadi KEK,
pemerintah juga berupaya meningkatkan Aksesibilitas, Amenitas dan Atraksi atau sering disingkat dengan ‘3A’ untuk mendorong promosi brand ‘Wonderful Indonesia’ baik di sekitar maupun di dalam kawasan Mandalika.
Aksesibilitas merupakan tingkat kemudahan dalam menjangkau kawasan tersebut. Dari sektor aksesibilitas, lokasi KEK Mandalika terdapat dua pintu gerbang masuk utama yaitu Bandara Internasional Lombok sebagai jalur udara dan beberapa jalur laut melalui beberapa pelabuhan.
Dari jalur udara, lokasikawasan Mandalika tersebut memiliki akses yang mudah dijangkau karena kawasan tersebut berjarak tempuh 30 menit dari Bandara Internasional Lombok, Praya. Sedangkan dari jalur Pelabuhan, terdapat beberapa Pelabuhan yang mana termasuk dalam pintu masuk wisatawan mancanegara.
Namun di sisi lain, pembangunan KEK Mandalika terbilang cukup lambat dalam proses pembangunannya, karena masih terdapat sejumlah masalah-masalah sengketa lahan dari masyarakat sekitar. Misalnya; salah seorang warga Desa Kute memilih untuk tetap bertahan dan tidak ingin meninggalkan tanah miliknya karena merasa belum pernah menjual lahannya kepada pemerintah.
Tetapi warga lainnya telah memperoleh informasi bahwa tanah mereka sudah menjadi milik negara meskipun mereka merasa tidak pernah menjualnya.
Berbagai persoalan-persoalan lainnya juga terus bermunculan yang hampir semua pengakuan warga Desa Kute, rata-rata mempermasalahakan sengketa lahan karena belum dilunasi atau dibayar oleh pihak pengelola proyek Sirkuit MotoGP Mandalika.