Maka, tak heran jika kemudian Alfira diganjar penghargaan dalam bidang Kewirausahaan.
Formula Paundra Bikin Petani Udang Gembira
Gagal panen adalah bayangan buruk yang selalu mengintai para petani udang. Begitu pula yang dialami sebagian warga pesisir Pacitan, Jawa Timur yang menjadikan udang sebagai penopang ekonomi keluarga.
Seorang pemuda setempat merasa iba menyaksikan kenyataan pahit di depan matanya. Keprihatinan warga masyarakat di daerah asalnya itu pun mampu menggerakkan hatinya untuk berbuat sesuatu.
Maka, berbekal ilmu yang dihimpunnya selama menempuh pendidikan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Paundra Noorbaskoro, sang pemuda, melakukan serangkaian penelitian. Setelah beberapa kali gagal, upayanya yang tak kenal menyerah akhirnya berbuah.
Tahun 2021, ia menghasilkan suatu formula berwujud racikan serbuk, yang digunakan untuk memonitor dan menjaga kualitas air. Kualitas air yang terjaga telah membantu para petani udang mengurangi potensi kerugian akibat gagal panen.
Nah, para petani memang patut berterima kasih kepada Paundra. Pemegang penghargaan bidang Teknologi itu telah bersusah payah "mengaduk-aduk" suatu formula, sebab ia tak akan pernah terbentuk dengan sendirinya.
Saat Orang Bingung, Ratih dan Alvinia Datang Mendukung
Sebetulnya, anak-anak autis bisa berkembang jika orang-orang di sekitarnya, utamanya orang tua mereka, memberikan dukungan. Namun, stempel buruk yang kerap disematkan kepada penderita autisme membuat sebagian orang tua "menyembunyikan" anak-anak penderita gangguan mental ini.
Jika dibiarkan, keadaan ini akan semakin mengerdilkan anak-anak autis. Maka, harus ada pihak yang menyediakan diri menyadarkan para orang tua.
Nah, Teman Autis hadir untuk mengerek keyakinan para orang tua. Organisasi nonprofit yang didirikan pada 2018 ini menyediakan pelbagai informasi seputar autisme, mulai dasar hingga urusan-urusan spesifik.
Dengan semangat membantu sesama, program yang digagas Ratih Hadiwinoto dan Alvinia Chistiany itu telah merangkul lebih dari 100 klinik, tempat terapi, dan sekolah untuk bekerja sama membantu keluarga dan masyarakat memahami autisme secara benar.
Inisiatif "jemput bola" seperti yang dilakukan Ratih dan Alvinia patut dihargai. Di tengah masyarakat yang tidak peduli atau hanya menunggu, mereka aktif bergerak untuk membantu.