Anehnya, telunjuknya mengarah ke pom bensin yang cukup besar berada di pinggir jalan. Mungkinkah kata galon yang dimaksud oleh si Bapak adalah SPBU?
Untuk sementara, pertanyaan itu saya simpan dalam hati. Rasa lelah yang menghinggapi tubuh setelah melakukan perjalanan lebih dari tujuh jam mampu meredam rasa penasaran yang merayapi benak saya akan misteri yang menyelubungi galon.
Teka-teki tentang galon yang meresahkan hati saya akhirnya terjawab. Sesaat setelah sampai tujuan, seorang kerabat tertawa berderai mendengar kisah misteri galon yang saya ceritakan.
Setelah puas mengumbar tawa, kerabat yang warga Aceh itu membenarkan dugaan saya. Dalam keseharian masyarakat Aceh, orang-orang menyebut stasiun pengisian bahan bakar yang biasa dikenal sebagai pom bensin dengan sebutan galon. Wow, pantas saja.
Detik pernah mengulas asal-usul sebutan galon bagi SPBU. Ternyata, bukan hanya orang Aceh yang menyebut SPBU dengan istilah galon. Orang-orang yang bermukim di Medan dan sekitarnya pun melakukan hal yang sama.
Memang, perbedaan bahasa antardaerah acap menimbulkan kesalahpahaman dan kelucuan. Penggunaan istilah-istilah seperti kereta, pajak dan sebagainya dengan makna khas daerah di ujung utara pulau Sumatra yang berbeda dengan daerah-daerah lainnya juga bisa menggelitik urat tawa.
Faktor perbedaan bahasa ini pun kerap dimanfaatkan sebagai bahan baku guyonan oleh para pelawak atau pelaku komedi tunggal (standup comedy).
Untung saja saya tak berniat mengisi botol air minum yang saat itu kosong. Waduh, bisa hangus organ-organ dalam tubuh kami seandainya minum cairan yang diambil dari "galon" yang ditunjuk oleh Bapak-Bapak asal Lhoksukon itu.
Jadi, ingat-ingat, ya. Berhati-hatilah ketika hendak mengisi ulang air mineral di galon. Terutama bila galon itu berada di Aceh, Medan dan sekitarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H