Sebagai misal, cabang "jalur" menghasilkan tiga kemungkinan rute yang harus dilewati sedotan dari Indonesia hingga Kosta Rika, yakni udara, darat dan laut.
Berikutnya, sebagai hasil pengembangan dari cabang "laut", hadir kata-kata "selokan", "sungai" dan "samudra" sebagai titik-titik yang harus dilalui si sedotan.
Selain itu, mencuat juga kata "banjir", "ikan" dan lain-lain yang mungkin akan tertimpa kemalangan oleh hadirnya sedotan dalam kehidupan mereka.
Langkah selanjutnya tinggal mengembangkan tulisan berdasarkan mind map yang telah tersusun.
Tidak semua cabang yang tampil dalam mind map akhirnya nongol di artikel karena saya harus memilih-milih materi mana yang layak terbit dalam artikel.
Contohnya, saya sempat menuliskan kata "hambatan", "plastik" dan "ketahanan" sebagai cabang-cabang mind map.
Hal ini saya maksudkan untuk memastikan sedotan berbahan plastik masih utuh setelah melalui perjalanan panjang dari Indonesia menuju Kosta Rika.
Namun karena pertimbangan panjang artikel dan pengetahuan tentang daya tahan plastik umumnya orang sudah paham, saya pun memutuskan tidak menghadirkan bahasan ini dalam artikel.
Mind map yang saya hasilkan rasanya telah memenuhi seluruh kaidah yang disampaikan oleh Tony Buzan.
Bukan Jago Gambar pun Bisa Bikin Mind Mapping
Godaan yang sering saya rasakan adalah aturan "satu kata dalam setiap cabang" yang kadang-kadang sulit saya hindari. Mengatasi perangai suka berpanjang-panjang kata memang tidak mudah.
Selain itu, keterbatasan kemampuan menggambar juga cukup sulit untuk mengikuti nasehat Tony Buzan yang ketujuh.