Mohon tunggu...
lieztya09
lieztya09 Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Curahan Air Mata

19 Februari 2018   17:43 Diperbarui: 19 Februari 2018   17:56 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: dok. pribadi

Sang rembulan tersenyum..

Menyinari gelapnya malam..

"Ayoo...silahkan duduk. Kami sudah lama menunggu."Haris dan Arif sudah sampai dahulu.

"Pesan makanan dahulu ya..baru cerita."Arif perlihatkan buku daftar menu.

"Wahhh...makan enak nih. Kalian yang traktir ya."Bila buka buku daftar menu.

"Bila....jangan bikin malu. Meja kita paling berisik nih."kucubit lengan Bila.

"Tenang..tenang jangan kawatir. Kami yang traktir, ehhh Arif deh anak rantau dari Sumatera Selatan yang traktir.hehehe..."si usil Haris menambah ramai suasana.

Sang rembulan, Haris, Sabila menjadi saksi malam ini.

"Mas Haris, mbak Sabila terimakasih sudah menemani. 

Bidadariku, Tsabita. Akan kusampaikan sesuatu yang penting. Aku minta maaf sebesar-besarnya, kedua orangtuaku tidak merestui aku untuk menikah muda. Hasil sholat istikharah ku belum yakin juga. Maafkan aku, kita tidak bisa melanjutkan ta'aruf ini." Arif menyampaikan hal penting.

"Terimakasih sudah menyampaikan hal penting. Terus terang aku juga sedih tidak bisa melanjutkan sampai menikah. Aku juga ingin menyampaikan hasil istikharah tidak yakin. Maafkan ya..."tak terasa air mataku jatuh membasahi pipi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun