Mohon tunggu...
Lidya Rahmawati
Lidya Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo, selamat membaca...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskriminasi Antara Warga Pribumi dan Warga Etnis Tionghoa

12 Desember 2021   11:54 Diperbarui: 12 Desember 2021   12:00 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Masa Pasif

Masa pasif adalah sekelompok orang yang hanya menonton peristiwa kerusuhan ini. Mereka hanya ikut-ikutan tetapi tidak sedikit masa pasif menjadi korban dari kerusuhan Mei 1998.

Kerusuhan Bulan Mei Tahun 1998 bagi etnis Tionghoa merupakan peristiwa yang memilukan bagi etnis Tionghoa di Indonesia. Pada konflik ini etnis Tionghoa mengalami kekerasan dan penjarahan. Selain itu, pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terhadap perempuan Tionghoa. Pada kerusuhan ini banyak perempuan etnis Tionghoa di daerah Pasar Glodok yang diperkosa secara beramai-ramai. 

Seorang aktivis relawan, Ita F. Nadia menganalisis alasan wanita Tionghoa ditargetkan sebagai sasaran utama Kerusuhan Mei 1998 adalah karena mereka lemah dan tidak dapat memberikan perlawanan.[5] Konflik ini menyebabkan diskriminasi yang sangat keji terhadap etnis Tionghoa.  Tim Gabungan Pencarian Fakta (TGPF) juga menyampaikan bahwa pada saat kerusuhan terjadi kekerasan seksual, seperti pemerkosaan. Etnis Tionghoa juga mengalami trauma yang sangat dalam akibat konflik tersebut dan mengalami banyak kerugian pada rumah yang dirusak dan barang berharga, seperti motor, mobil dan toko yang dijarah. 

Diskriminasi yang terjadi pada etnis Tionghoa pada tahun 1998 membuat B.J Habibie menetapkan kebijakan terhadap etnis Tionghoa, seperti mulai melakukan perbaikan di Pasar Glodok dan Orion Plaza supaya korban yang terkena dampak kerusuhan dapat melakukan perdagangan kembali. B.J Habibie mulai menindaklanjuti kerusuhan Tahun 1998 yang terjadi di DKI Jakarta. Setelah menyelidiki ditemukan fakta-fakta bahwa kerusuhan 14 Mei Tahun 1998 dilakukan oleh kelompok solid dengan jumlah masa yang sangat banyak dan sudah menargetkan lokasi-lokasi yang ingin dijarah, dirusak dan dibakar.

 

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kerusuhan Mei 1998 di Pasar Glodok, Jakarta Barat terjadi karena adanya krisis moneter yang mengakibatkan harga bahan pokok mahal dan langka. Kesenjangan sosial mulai muncul di lingkungan masyarakat antara masyarakat pribumi dengan etnis Tionghoa, karena etnis Tionghoa dinilai secara materi mampu memiliki kebutuhan pokok dan hidupnya kaya. 

Masyarakat pribumi yang melihat etnis Tionghoa tidak kesulitan dalam mencari kebutuhan pokok mulai berprasangka buruk terhadap masyarakat Tionghoa, misalnya masyarakat Tionghoa yang mayoritas menjadi pedagang di Pasar Glodok. Akibat dari krisis ekonomi mahasiswa melakukan demostrasi untuk menuntut pemerintah supaya segera memperbaiki perekonomian negara yang mulai lemah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun