Mohon tunggu...
Lia Wahab
Lia Wahab Mohon Tunggu... Jurnalis - Perempuan hobi menulis dan mengulik resep masakan

Ibu rumah tangga yang pernah berkecimpung di dunia media cetak dan penyiaran radio komunitas dan komunitas pelaku UMKM yang menyukai berbagai jenis kerja kreatif

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Keunikan-Keunikan Kudus dari yang Bikin Happy sampai Bikin Deg-degan

6 November 2022   19:19 Diperbarui: 8 November 2022   22:27 1102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerbang Kudus Kota Kretek di perbatasan Demak dan Kabupaten Kudus (Sumber foto: Kompas.com)

Fosil-fosil binatang purba yang ditemukan di antaranya gajah purba, gajah asia, monyet, banteng, sapi, kerbau, kuda air, badak, babi, serigala, harimau, buaya hingga hewan laut seperti ikan dugong, penyu, kura-kura bahkan ikan hiu. Di situs ini ditemukan juga artefak seperti alat serpih, kapak besar, bola batu, alat penyerut dan lainnya.

Data dari Kemdikbud.go.id mengatakan bahwa fosil-fosil di Patiayam awalnya ditemukan oleh seorang pecinta alam asal Jerman bernama Frans Wilhelm Junghuhn. Selain itu, seorang pelukis sekaligus intelektual asal Jawa bernama Raden Saleh juga tanpa sengaja menemukan fosil-fosil tersebut.

Sayangnya saat itu penemuan fosil tersebut masih belum bisa dipahami oleh masyarakat. Masyarakat pun menamakan fosil-fosil itu "balung buto" yang berarti "tulang raksasa" dan bahkan mereka menjual sebagian fosil itu kepada para pedagang Cina untuk dijadikan bubuk obat. Kopral Anthonie de Winter seorang kolektor fosil sempat meminta penguasa setempat di kala itu membuat peraturan agar penduduk tidak mengambil fosil-fosil. Karena harga jualnya yang cukup tinggi, penduduk tetap mengambil fosil-fosil yang ada dengan sembunyi-sembunyi.  

Sejak tahun itu petani di ladang di area perbukitan Patiayam masih sering menemukan potongan fosil dan mereka mengumpulkannya di rumah-rumah. Kemudia ada sepasang suami istri penduduk setempat yang berinisiatif mengumpulkan semua fosil yang ditemui penduduk di rumahnya dan melaporkan penemuan fosil tersebut ke pihak yang berwenang.

Penemuan fosil besar Gading Gajah di tahun 2005 membuat situs purbakala ini terkenal hingga saat ini.  Fosil Gading Gajah tersebut kemudian dibawa ke Bandung untuk diteliti di Museum Geologi.

Situs Purbakala Patiayam ini digadang-gadang akan lebih besar dari Situs Purbakala Sangiran yang saat ini dinilai paling besar dan menyimpan fosil tertua di Indonesia. Selain menyimpan fosil tertua, Situs Purbakala Patiayam juga menyimpan fosil dengan wujud yang lebih sempurna dibandingkan fosil-fosil yang ditemukan di Sangiran. Hal itu diduga karena material vulkanik pada kandungan tanah di area situs ini menjaga struktur fosil agar lebih utuh.

Saat ini fosil-fosil yang ditemukan di Situs Purbakala Patiayam dikumpulkan di Museum Purbakala Patiayam di Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kudus. Rencananya museum ini akan diperbesar untuk menampung semua temuan yang kemungkinan masih banyak di bawah permukaan tanah di kawasan situs purbakala ini. 

5. Pengaturan lampu lalu lintas yang unik

Setiap daerah punya penataan lalu lintasnya sendiri. Tapi, umumnya penataan itu mengikuti aturan baku atau standar penataan yang hampir sama dengan yang ada di setiap daerah lainnya. Nah, kalau di Kudus ada satu penataan yang saya nilai cukup unik tapi bikin degdegan. Itu adalah pengaturan lalu lalu lintas di beberapa persimpangan jalan di wilayah Kudus.

Di setiap persimpangan empat atau lebih sudah biasa nih ada lampu lalu lintas. Di beberapa persimpangan empat di Kudus pengaturan menyalanya lampu hijau bisa bersamaan di antara dua jalan yang berseberangan di persimpangan. Jadi, lampu hijau yang bersamaan menyala membuat kendaraan yang berhadap-hadapan saling maju. Kalau anda belum terbiasa dengan penataan lalu lintas seperti ini atau belum lancar membawa kendaraan maka jangan coba-coba menyetir sendiri. Supaya aman, kita cukup melajukan kendaraan dalam kecepatan sangat rendah menerapkan budaya antri atau mengalah pada kendaraan yang mau melintas lebih dulu. Gimana, bikin degdegan bukan?

Soal pengaturan lalu lintas ini anda tak perlu kawatir. Jalan-jalan di wilayah Kudus masih relatif aman karena tidak terlalu lebar, tidak terlalu padat dan rumit seperti jalan-jalan di kota-kota besar. Jalan-jalan di Kudus aman bagi pengendara asalkan tidak ngebut-ngebutan dan selalu engikuti rambu lalu lintas lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun