“Penulis ribuan surat itu! .. “ gumamku dalam hati
Neni seolah faham, ia pamit lebih dulu meninggalkanku dengannya berdua saja …
“Ya … kamu terima surat-suratku kan? “ tanyanya
Anggukkan kepala tanda mengiyakan, masih terkesima belum percaya aku bertemu dengannya secara tak sengaja.
“masih suka timbel ? “ lanjutnya sambil tersenyum simpul, Pertanyaan yang tak butuh jawaban,
“Aku sudah di Bandung dari seminggu yang lalu… “ tambahnya
“Akang sama siapa kesini? Ko tahu kalo Naya sering kesini?” .. Tanyaku
“ Dari seminggu yang lalu aku selalu menanti di ujung gang rumahmu hanya sekedar menghapus rasa penasaranku akan surat-suratku yang tak pernah kau balas, dan sengaja ku menunggu di pujasera ini hanya ingin sekedar menyapa dan mengetahui kabarmu … “ dengan suaranya yang lantang namun calm.
“Sudah ada lelaki lain selain ku?” tanyanya
Aku terdiam tak menjawab, yang mampu kulakukan hanya menatap wajahnya yang sedikit menghitam dengan kelupasan sel-sel kulit mati karena terbakar matahari, mungkin karena latihan fisiknya di AAU memaksa kulitnya mengelupas.
Tak lama kemudian, perempuan pendek agak gemuk mirip chef siska suitomo berseragam putih layaknya baby sitter menghampiri kami.