Susi memang Menteri Perikanan dan Kelautan yang dengan gamblang menunjukkan bahwa perikanan liar dan tanpa dokumen bukan hanya berhubungan dengan pencurian ikan saja, tetapi juga melibatkan berbagai implikasi dari keberadaan perahu-perahu asing liar yang melakukan penyelundupan.
“Perahu ikan asing yang liar itu bukan hanya mencuri dan menyelundupkan ikan, tetapi mereka menyelundupkan apapun yang bisa masuk ke dalam kapal. Makanan, buah-buahan, elektroik, binatang-binatang yang dilindungi dan bahkan manusia”.
Ketika terdapat pertanyaan tentang mengapa Susi harus menenggelamkan kapal-kapal liar yang tanpa ijin itu berada di perairan Indonesia. Ia menjawab gamblang bawa ia melakukannya agar pelaku jera dan dunia melihat bahwa kapal-kapal liar dan tanpa ijin tidak bisa lagi sembarangan mencuri ikan di perairan Indonesia. Isu ini perlu diangkat ke permukaan.
Peristiwa pencurian ikan oleh kapal asing di Indonesia telah terjadi selama berpuluh tahun dan terlindungi oleh tata kelola yang buruk. Kebijakan yang menenggelamkan kapal asing liar dan sekaligus membuka secara transparan proses ini mengindikasikan bahwa perairan Indonesia adalah satu-satunya perairan yang terbuka untuk pihak luar. Untuk itu Indonesia harus menjaganya.
Tujuan kebijakan Susi punya tujugan konservasi juga meningkatkan kemanan nasional dan internasional. Keamanan nasional dijaga bukan hanya dari ketahanan pangan, tetapi juga menjadi dari adanya perdagangan manusia ‘human trafficking’. Artinya, tujuan ekonomi, lingkungan dan keamanan dapat tercakup dari kebijakan itu.
Susi yang Mengedepankan Komunikasi
Mungkin ini tidak disadari oleh khalayak umum, tetapi aspek komunikasi yang baik adalah kekuatan Susi. Ia melakukan komunikasi dan dialog serta advokasi dengan seluruh menteri di kabinet Djokowi terkait kebijakan pengeboman kapal ikan asing liar.
Ia juga melakukan komunikasi dan dialog serta advokasi dengan duta besar berbagai negara yang punya hubungan penting dan kritikal, yang sangat menentukan suksesnya kebijakannya.
Susi berkomunkasi aktif dengan berbagai negara yang punya kepentingan yang berbeda, dan menawarkan pendekatan ‘win-win’ bila mendukung kebijakannya. Misalnya ia memulai berbicara dengan duta besar Amerika karena Amerika punya kekuatan besar dalam kebijakan maritime dunia.
Ia mendekati pula duta besar Australia dan juga New Zealand. Kepada pemerintah New Zealand, misalnya, Susi menyatakan bahwa bila New Zealand mendukung kebijakan Susi, maka New Zealand juga akan dapat mengurangi perdagangan gelap obat-obatan.
Dengan pemerintah Bangladesh, Susi mengatakan bahwa Bangladesh akan diuntungkan oleh kebijakan Susi karena mereka dapat memperbaiki situasi perdagangan manusia yang sering mejadi bagian dari kapal-kapal liar yang masuk ke perariran Indonesia.