Itu buku tentang sejarah kota yang menanam pohon tepian jalan di kota kota dunia seperti New York dan Berlin di abad 19. Inspirasi tentang pengaruh upaya memberi kesegaran dan jehijauan pohon yang dipengaruhi konteks sosial, budaya dan politik yang berbeda begitu menarik.Â
Banyak hal yang selama ini tak terungkap tentang pohon pohon kota itu, dibuka oleh Sonja. Â Itu semua menggambarkan hubungan antara manusia dan tumbuhan yang bergerak dalam lingkungan perkotaan.
Adimas menemukan dirinya sendiri di buku buku favoritnya dan di kampus barunya.
Satu hal. Lokasi kampusnya mendukung mimpi dan pemikirannya.Â
Warung kopi berderet dan berada di dalam bangunan warisan tempo dulu.Â
Mural di trotoar jalanan utama dan juga pepohonan Trembesi yang rindang.Â
Belum lama ini kampusnya menggelar berbagai kegiatan seni. Pembacaan seni puisi, drama, dan pameran lukisan seakan jadi pemuas dahaga.
*******
Sore ini mimpinya tampak berantakan.
Adimas dibuat panik ketika jam 4.45 sore ia keluar kampus dan tak menemukan motornya. Ia sedang bersegera karena ia berjanji bertemu kekasihnya, Sri, jam 5 sore ini.
Adimas mencari cari motornya kembali. Ia tak melihat pohon Trembesi tempat ia memarkir motornya pagi tadi.Â