Dalam studi mereka, ketiganya berfokus pada pemahaman tentang perlunya memahami kedalaman serta keterhubungan akar persoalan kemiskinan.
Secara umum, pengambil kebijakan sering membuat generalisasi tentang kedalaman dan keterhubungan akar persoalan kemiskinan. Mereka sering berpikir bahwa orang miskin adalah karena malas dan tidak memiliki kewirausahaan. Ini mereka lakukan tanpa memahami penyebab kemiskinan. Untuk itu, mereka mencoba menguliti penyebab kemiskinan satu persatu dan mengujinya secara ilmiah.
Penelitian Kemiskinan Peraih Nobel di Bidang Ekonomi 2019
Penelitian yang dibuat oleh trio itu segera menjadi perhatian the Royal Swedish Academy of Sciences karena menggunakan pendekatan empiris dan percobaan untuk menghapus kemiskinan. Oleh the New Yorker, Duflo disebut memiliki laboratorium kemiskinan.
Memang, selama ini perbaikan ekonomi cukup cepat dan menggembirakan, dan semua manusia hendak bebas dari kemiskinan. Dalam realitasnya, masih terdapat 700 juta orang di dunia yang masih miskin secara ekstrim dengan pendapatan sangat rendah.
Juga, terdapat sekitar lima juta anak di bahwa lima tahun yang meninggal karena penyakit yang seharusnya bisa diobati.Â
Separuh anak anak di dunia juga putus sekolah dengan tanpa memiliki kemampuan literasi dan hitung dasar.
Untuk itu, mereka bertiga memperkenalkan pendekatan yang dapat menjawab secara bertanggung jawab cara untuk mengentaskan kemiskinan global. Persoalan yang ada dipecah dengan lebih kecil, untuk menjawab upaya dasar seperti memperbaiki hasil pendidikan dan kesehatan anak anak.
Temuan itu adalah lanjutan dari upaya Michael Kremer yang pada tahun 1990an berhasil memperbaiki kualitas dari hasil pendidikan anak anak di Kenya Barat.
Lalu, Abhijit Banerjee dan Esther Duflo bersama Michael Kremer melakukan studi yang sama di negara lain. Metode studi mereka saat ini mendominasi ilmu ekonomi pembangunan.
Buku dari ketiga pemenang Nobel itu ‘the Poor Economics’, publikasi the American Economic Review terbit pada 2011.Â