Sore di pertengahan September  itu adalah sore yang melelahkan. Banyak pasien di ruang psikiatri. Aku harus bersabar ketika suster Ati menyodorkan kartu pasien terakhir di jam 20.00. Jimmy Waworuntu nama yang tertera di kartu pasien itu. Itu kunjungan pertamanya.
Ia seperti bingung ketika memasuki ruang. Ia duduk di kursi di depan mejaku. Aku menyapanya. Aku juga mengucap namanya. Â Ini untuk memastikan ia adalah pasien yang tertulis di kartu itu.Â
Ia beberapa kali memiringkan kepalanya. Ia menutupkan mata seakan hendak memastikan ia mendengar suaraku.
"Apakah Bapak mendengar suara suara?", aku bertanya.
Ia melihat mataku dengan tajam. Seakan memastikan bahwa aku bertanya kepadanya.Â
Ia tidak menjawab. Kepalanya masih ia miringkan, sebelum ia menjawab "Iya".
"Apa yang mereka katakan pada Bapak?", aku bertanya, tak terlalu yakin bahwa pertayaanku sesuai dengan situasinya.
Jimmy sejenak seperti bingung, ia tidak menjawab. Ia kemudian mengatakan "Dok, saya pamit". Â
Jimmy pergi meninggalkan ruang praktek.Â
Saya tak bisa mencatat apapun.
++++