Sementara, pihak lawan Jokowi, Prabowo, tidak segan menggunakan mantel Islam yang dituduhkan. Menurut mereka, Jokowi akan kalah dengan isu Islam.
Berbagai kampanye jadi sangat efektif. Kaum minitoritas tentu akan memilih Jokowi. Sementara di kubu Prabowo, dukungan kaum Islam konservatif dianggap menyerupai efektivitas dukungan kaum fundamental Kristen Amerika kepada Trump.
Made Surprijatna juga membagi analisis tentang berhasilnya kampanye model seperti ini yang dipakai kembali, terutama oleh partai dan kelompok pemenang Pemilu.Â
Ini nampak dari apa yang terjadi dengan penggembosan KPK beberapa minggu ini. Revisi UU KPK terjadi dengan mulus, meski begitu banyak protes muncul dari kalangan masyarakat sipil. Semua partai politik yang ada di DPR, kompak menunjukkan sifat korup berhasil mengganyang demokrasi.Â
Seorang sahabat, Damairia Pakpahan di FB nya membagi komentar terkait artikel saya yang menolak percaya Denny Siregar. "Jujur dan berani Mbak Leya Cattleya Soeratman, Denny Siregar dan Neta Pane menulis tentang Taliban ngawur yang menurut saya mestinya mencermati fenomena kelompok NKRI bersyariah yang bukan hanya tumbuh di KPK tapi di tempat lain juga. Juga tidak bijak hanya dengan tampilan hijrah lalu mensteriotipikan tampilan sebagai Taliban, lebay jadinya. Tetap berani Mbak, saya tandatangan petisi jenengan".Â
Memang Indonesia tidak seremeh temeh analisis para penganut hitam putih. Banyak ruang luas untuk interpretasikan situasi saat ini.Â
Dari hal-hal di atas, saya melihat  masyarakat sipil kita terbagi. Dinamikanya begitu berbeda dengan apa yang ada di tahun 1998, ketika musuh bersamanya adalah Suharto. Juga, ini berbeda dengan situasi 'Kampret' yang mendukung Prabowo dan 'Cebong' yang mendukung Jokowi.
Terpecahnya masyarakat sipil terbagi menjadi empat. Universitas dan kelompok professional yang terang terangan menolak revisi UU KPK, mengajukan deklarasi dan protes.Â
Sebagian masyarakat sipil membuat protes dan petisi. Sementara, ada bagian dari masyarakat sipil yang mengaku mahasiswa dan kelompok milenial mendukung revisi UU KPK.Â
Menariknya, terdapat sekelompok besar masyarakat sipil pendukung Jokowi yang percaya bahwa memang betul terdapat ancaman Taliban di tubuh KPK. Tulisan Denny Siregar memicu dan membangkitkan kepercayaan akan musuh yang seakan riil.Â
Sebagian masyarakat sipil terus mengatakan akan menunggu dan mempelajari, dan melihat bahwa berbagai dukungan pada keutuhan KPK hanya akan merongrong Jokowi dan mengancam proses menuju Oktober 2019.Â