Saya berkata "Break a Leg", suatu ucapan yang memiliki arti semoga sukses ia dalam sesuatu yang hendak dikerjakan. Rupanya ucapan saya mungkin diingat Philip dan dijadikan guyonan karena ia memaknainya sebagai 'Putuskan kakimu".Â
Sejatinya, postingan Philip tentang tahun 1998 membuat saya punya ingatan akan masa-masa yang tidak mudah.Â
Perjalanan Masyarakat Sipil di Indonesia dan TransisinyaÂ
Sejarah Indonesia memang mencatat bahwa masyarakat sipil terbukti berhasil mendorong hadirnya perubahan dan demokrasi.Â
Di tahun 1998, ribuan massa dan mahasiswa naik ke atas gedung MPR/DPR RI untuk meminta negara menurunkan Suharto dan menegakkan demokrasi.
Ini untuk merespons krisis politik nasional serta berbagai pelanggaran Hak Asasi Manusia dan adanya teror berupa perkosaan massal terhadap perempuan etnis Cina sebagai puncaknya.Â
Peristiwa di atas hanyalah satu dari banyak contoh keberhasilan masyarakat sipil melakukan tekanan kepada negara dan masyarakat agar melakukan perubahan mendasar.
Pada beberapa hari terakhir ini, kita melihat dinamika masyarakat sipil yang cepat. Kadang-kadang, kita gagap untuk bisa paham apa yang terjadi.
Dari sejarahnya, perjuangan masyarakat sipil di Indonesia dimulai pada awal pergerakan kebangsaan yang dipelopori oleh Syarikat Islam (1912) dan dilanjutkan oleh Soeltan Syahrir pada awal kemerdekaan (Norlholt, 1999).Â
Saat itu, jiwa demokrasi Soetan Syahrir harus dihadapkan pada kekuatan represif, baik dari rezim orde lama maupun rezim orde baru.Â
Pada pemakaman Soetan, Bung Hatta berkata dalam pidatonya "Ia berjuang untuk Indonesia merdeka, melarat dalam pembuangan Indonesia merdeka. Ikut serta membina Indonesia merdeka. Tetapi ia sakit dan meninggal dalam tahanan Republik Indonesia yang merdeka".Â