Nah, validitas hasil analisis bisa dipengaruhi beberapa hal, antara lain tergantung dari bagaimana responden paham dengan subyek penelitian. Ini dia! Apakah responden paham objek penelitian.
Kalau kita lihat video yang direkam berbagai media melalui youtube, banyak sekali warga tak paham apa itu revisi UU KPK. Lha kok orang di jalan, kawan-kawan saya saja menganggap itu barang pelik, susah dipahami, ga mudeng, terlalu politis, ruwet dan pusing.
Ini juga saya pahami dari reaksi kawan kawan yang saya "bagi" petisi soal revisi UU KPK dan menolak berpartisipasi. Jadi, dalam hal petisi yang saya inisiasi, mereka yang paham yang tertarik ikut petisi.
Walah kok orang di jalan dan keluarga. Ntar nih anggota legislatif yang menang perlu 1 tahun penuh untuk belajar dan  tahu apa itu hak legislatif, juga ketika itu gunakan hak inisiatif.Â
Hal ini ada dalam banyak studi, termasuk studi yang saya pernah lakukan ketika mengevaluasi suatu program terkait partisipasi perempuan dalam politik. Bukan hanya anggota legislatif perempuan tetapi juga anghota legislatif laki laki tidak paham tentang peran peran legislatif yang 3 buah ( hak budget, hak membuat legislasi atau hak inisiatif, dan hak pengawasan).
Itulah perlunya kita menggali lebih jauh dan mengajukan pertanyaan yang lebih dalam.Â
Jadi, saya pikir, kalaupun kita mau bikin survei, mungkin perlu dipertimbangkan random sampling yang purposif. Artinya, kita menyasar kepada mereka yang paham UU KPK, usulan revisinya. Kalau rumit, ya jangan pakai survei doang. Survei ga mampu jelaskan itu.Â
Data untuk Pelengkap Survei
Sekali lagi, saya sulit dapatkan link dari laporan lengkap survei Litbang Kompas ini sehingga saya perlu berhati hati mengomentari. Â Namun saya berani dengan cepat mengatakan sesuatu, ketika menemukan temuan yang tampak melompat, yang mestinya perlu ditindaklanjuti dengan pertanyaan menukik untuk mendapatkan informasi lain.Â
Bahkan, saya tidak dapatkan tipologi responden. Perempuan, laki laki, dari urban, rural, di kota mana saja. Kapan dilakukan survei, Itu penting sekali dalam suatu studi.Â
Okaylah.Â
Karena Survei tidak bisa menjawab, kita perlu gali data lain. Ini untuk menggali lebih dalam, memvalidasi serta melihat pada temuan konsistensi temuan. Ini penting karena ini dibaca warga Indonesia. Jangan sampai ini temuan survei dibaca secara hitam putih sebagai informasi yang sepotong sepotong.Â