Lagu kedaerahan biasanya memiliki lirik dan budaya sesuai daerah masing-masing. Â Lagu daerah atau musik daerah ini biasanya muncul dan dinyanyikan atau dimainkan pada tradisi-tradisi tertentu pada masing-masing daerah, misal pada saat menina-bobok-kan anak, pada saat bermain, sebagai hiburan rakyat, pada saat pesta rakyat, maupun pada saat perjuangan rakyat.Â
Lagu daerah juga memiliki ciri ciri tertentu, antara lain menceritakan tentang keadaan lingkungan ataupun budaya masyarakat setempat, Â bersifat sederhana, mengandung nilai-nilai kehidupan, unsur-unsur kebersamaan sosial, serta keserasian dengan lingkungan hidup sekitar. Memang, karena bahasanya yang spesifik, sering kali orang dari suku berbeda sulit menyanyikan lagu daerah dari suku lain.Â
Namun, dengan perkembangan masa, tentu defini di atas perlu juga ditilik ulang. Ini untuk merangsang milenial mau untuk bergabung dalam 'genre' lagu daerah. Lihat saja Eka dengan 'cover' lagu Anging Mamiiri dan karya lagu Tersimpan di Hati. Dan, Eka bisa dengan mudah masuk dalam kategori pencipta dan perekam ulang lagu daerah, kan?. Yang terpenting, tujuan seni yang melestarikan budaya tercapai. Â
Lirik Bertutur Sederhana yang Indah
Karena memang Eka adalah seorang 'speech composer', maka lirik lagu lagunya adalah apa yang muncul dari bahasa sehari hari. Ragam musik akustik Nusantara yang mengiringi dan video yang ia sertakan memperkuat rasa puitis dari lirik lirik yang sederhana. Â Lagu Eka disukai dan bahkan 'trending' dengan pembacaan melebihi 6 jutaan. Sesuatu yang berangkat dari keisengan bisa 'trending' dan bahkan melegenda.
Ada kegairahan baru di lagu Tersimpan di Hati, Â berbagai bahasa Nusantara digunakan dalam lagu yang mempersatukan Milenial. Mungkin ini berbeda dengan lagu daerah semacam Walang Kekek dari Jawa atau lagu Si Patokaan dari Sulawesi Utara, namun ini membangkitkan kegairahan berbahasa Nusantara.Â
Selamat Datang Eka Gustiwana!. Selamat datang lagu daerah Nusantara ala Milenial.Â
Pustaka : Satu    Dua  Tiga Empat