Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Eka Gustiwana Duniakan Anging Mamiri dan Daerahkan Tersimpan di Hati

25 Agustus 2019   08:51 Diperbarui: 1 September 2019   15:59 1359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eka Gustiwana (Foto : Youtube.com/eka gustiwana)

Dari Tersimpan di Hati Sampai Anging Mamiri

Akhir pekan ini saya menengok ibu saya yang sudah sepuh. Sebagai bagian dari ritual, kemarin malam saya sempatkan berjalan kaki dari rumah ibu saya ke suatu gerai pasar swalayan terdekat untuk membeli beberapa hal keperluan ibu saya. Setelah menyelesaikan belanja, saya mengantri untuk membayar. 

Sambil mengantri, saya melihat televisi yang tergantung di atas kepala kasir dan tanpa sadar saya serius menonton dan  ikut berdendang bersama lagu yang tertayang di TV. Rupanya televisi di toko swalayan itu memang memutar informasi produk dan tayangan lagu lagu dari Youtube. Pilihan cerdas. 

Berjalan kaki pulang, sayapun mendendangkan kembali lagu yang tadi saya dengar. Wah..jarang jarang saya begini. :) 

Lagu itu menarik sekali. Tersimpan di Hati judulnya. Lagu itu dilantunkan oleh 10 orang penyanyi milenial, dalam  12 bahasa daerah. Pernah dengarkah?


Dalam versi 12 bahasa, lagu dilantunkan dalam bahasa Aceh, Bali, Jawa, Minangkabau, Batak, Sunda, Makassar, Manado, Dayak Kenyah, Madura, Ambon, dan Papua. Juga terdapat sebait dalam bahasa Inggris. Alat musik Nusantara seperti gamelan, kendang, ketipung dan suling Sunda masuk dalam iringan lagu. Ada nuansa 'ngerap' sementara lirik yang mudah dipahami undang kita untuk menyanyi. Coba kita simak liriknya ya. 

TERSIMPAN DI HATI (Komposisi dan Lirik oleh EKA GUSTIWANA)

Makassar
Jai Ku laloi, Jai Tong Ku gappa (Banyak yang ku lewati, banyak yang ku alami 
 
Bali
Kenangan sane wenten ring ati (Kenangan mu tersimpan di hati)
 
Batak
Nang pe ikkon lao au, nang pe au mandao (Walauku harus pergi, walau ku harus berlari)
 
Manado
Ngana pe kenangan barasa di hati (Kenanganmu terasa dihati)
 
Minangkabau
Saat adiak manari jo galak (Saat adik menari dengan tertawa)
 
Madura
Rasa taresna alompa e dhalem ate nika (Rasa terkesima, mulai melebur dalam hati ini)
 
Dayak Kenyah
Ngen Tesen ki eto venea avang zi...
 
Ambon
Mar Seng akan ada jua yang mi kas pakala se pung manis 
(Tapi tak ada yang mengalahkan indah parasmu)
 
Intro....

 Aceh
Hana bandeng lam saboh adoe donya nyoe (Dan ku telah arungi luas semesta)
 
Jawa
Ning ora ono sing ngalahake becik parasmu (Tapi tak ada yang mengalahkan indah parasmu)
 
Sunda
Parantos sabaraha dinten, mung abdi sareng anjeun
(Sudah beberapa hari disini, hanya aku dan kamu)
Teu sawios carioskeun, abdi kudu nunggalkeun anjeun....
(Tak peduli apa yang mereka katakan, aku harus meninggalkanmu)
Ngan panon miwarang ulah ninggalkeun
(Tapi mata menyuruh untuk tinggal)
Nu sadaya abdi miharep nganggo ka anjeun hey....
(Semua yang aku inginkan hanyalah kamu)
 
Papua
Epa maida iyapu muto dani (Seribu bintang, dilangit angkasa)
Ani ma aki ma ena gene duba (aku dan dirimu dalam kesatuan)
Iye ena dimi wo gai (Menghayati perilaku mulia dengan budi pekerti luhur)
Ipupukai dimi tegai umi tou dabakiya (Jangan mabuk dunia, hidupmu sengsara)
 
Bahasa Indonesia
Saat kau menari dengan tawa
Rasa terkesima, mulai melebur dalam hati ini....
Dan ku telah, arungi luas semesta...
Tapi tak ada yang mengalahkan indah parasmu...
 
Intro
 
Batak
Ditikki manortor sambil mekkel (Saat kau menari dengan tawa)
 
Bali
Rasa terkesima ngelebur ring hati tiangke (Rasa terkesima, mulai melebur dalam hati ini)
 
Ambon
Se musi tau be su jelajah semesta (Dan ku telah, arungi luas semesta.)
 
Aceh
Meunan keuh tari that rupa gata nyang ulon cinta (Tapi tak ada yang mengalahkan indah parasmu...)
 
Dayak Kenyah
Jehe ku te kelak, jeheku te taeng (Walauku harus pergi, walau ku harus berlari)

Tersimpan di hatiiii

Indah ya? Lagu ini bisa memiliki banyak makna kecintaan dan kerinduan. Kecintaan dan kerinduan pada seseorang. Kecintaan dan kerinduan pada kampung halaman ataupun pada negeri. Lirik rindu dan cinta yang tidak cengeng. Bagi saya, di situlah indahnya. 

Pengisi vokal lagu ini adalah Turah Parthayana, Sara Fajira, Feby Putri, Nathania Sarah, Yessiel Trivena, Ferdy Ardian, Tizar, Uyau Moris, Glen Samuel, Tereza. Semuanya adalah Milenial!. 

Uniknya, mereka membawakan bahasa daerah yang berbeda beda dan bersatu dalam lagu. Ini sering kita dengar di beberapa rekaman youtube, namun karena ini lagu bertutur yang digarap milenial, saya melihat hasilnya jadi berbeda. 

Dalam tayangannya di Youtube, Eka menuliskan bahwa lagu ini terlahir ketika ia melakukan perjalanan di sepanjang pulau Jawa, dari ujung barat ke ujung timur selama 20 hari.

Lagu aslinya dinyanyikan oleh Prince Hussein seperti pada tayangan ini.


Eka mengabadikan bunyi bunyian dan berkolaborasi dengan musisi setempat. Ia menemukan kekayaan budaya yang ia tak bisa lupakan. 

Iapun menuliskan perjalanan selama 20 hari di sepanjang pulau Jawa itu pada film dokumenternya yang merekam Majalengka - Purwokerto -- Batang; Semarang - Salatiga - Klaten - Solo; Lamongan - Surabaya - Situbondo - Jember; dan  Jojga - Purworejo - Garut - Bandung - Cianjur - Sukabumi. 

Di mata saya, ini seni yang memasukkan cinta tanah air dan budayanya. 

'Viewers' dari lagu yang mencapai jutaan inipun tak terbatas pada mereka yang orang Indonesia saja. Saya mencatat terdapat pula reaksi dari berbagai bangsa atas lagu ini. Satu di antara yang mencolok adalah reaksi dari seorang penikmat dari Afrika. Artinya, Youtube memang mempercepat penyebaran lagu Nusantara karya milenial ini. 

Dan, jangan salah. Eka bersama Yessiel Trivena juga membuat rekaman 'cover' lagu Anging Mamiri, lagu daerah Sulawesi Selatan yang terkenal itu. Aransemen lagu ini begitu muda, segar dan milenial. Inipun ditayang di gerai toko swalayan itu. Coba dengar ya.


Keren ya? Saya suka sekali dengan pilihan genre dan ritme musik yang ditampilkan dengan cepat dan lebih condong ke irama rumba 'dance'.  Memang terdapat beberapa komen soal tidak semua lirik dinyanyikan di lagu ini. Namun, tampaknya milenial menyukainya. 

Eka Gustiwana Sang Komposer

Di kalangan Kompasianer, Eka Gustinawa bukan orang asing. Pada Kompasianival 2017, Eka Gustiwana hadir memeriahkan acara. Tentu saja saya belum jadi Kompasianer saat itu. 

Eka Gustiwana Putra lahir di Jakarta pada 1 Agustus 1989. Eka adalah seorang penulis lagu, seorang produser rekaman dan seorang 'Komposer Ucapan' pertama di Indonesia. Wah apa itu Komposer Ucapan?

Komposer Ucapan atau 'speech composer' adalah rekaman perkataan yang diubah menjadi suatu komposisi musik.

Eka Gustiwana sendiri mulai dikenal ketika membuat komposisi lagi Demi Tuhan yang dipadukan dengan suara Arya Wiguna. Lagu ini ditonton 3 juta pendengar Youtube dalam waktu sebublan. Saat ini 'viewer' nya mencapai di atas 6 juta. Keren ya?!

Padahal komposisi itu berawal dari kisah perseteruan Eyang Subur dan bekas muridnya, Arya Wiguna. Ingatkah anda? Sejak tahun 1995 hingga tahun 2010, Adi Bing Slamet iperbudak oleh ajaran Eyang Subur yang salah kaprah. 

Rupanya Eka juga membuat lagu dari potongan ucapan Jokowi dan 'Bersatu'. 

Lagu Daerah 

Apa sih lagu daerah itu? Wikipedia.org menuliskan definisi lagu atau musik daerah sebagai lagu atau musik yang berasal dari suatu daerah tertentu dan menjadi populer dinyanyikan baik oleh rakyat daerah tersebut maupun rakyat lainnya. Karena usianya yang tua, pada umumnya pencipta lagu daerah ini tidak diketahui lagi alias anonim. 

Dulu status lagu kedaerahan seakan mirip dengan lagu kebangsaan, namun bersifat kedaerahan. Seakan lagu daerah disakralkan. 

Lagu kedaerahan biasanya memiliki lirik dan budaya sesuai daerah masing-masing.  Lagu daerah atau musik daerah ini biasanya muncul dan dinyanyikan atau dimainkan pada tradisi-tradisi tertentu pada masing-masing daerah, misal pada saat menina-bobok-kan anak, pada saat bermain, sebagai hiburan rakyat, pada saat pesta rakyat, maupun pada saat perjuangan rakyat. 

Lagu daerah juga memiliki ciri ciri tertentu, antara lain menceritakan tentang keadaan lingkungan ataupun budaya masyarakat setempat,  bersifat sederhana, mengandung nilai-nilai kehidupan, unsur-unsur kebersamaan sosial, serta keserasian dengan lingkungan hidup sekitar. Memang, karena bahasanya yang spesifik, sering kali orang dari suku berbeda sulit menyanyikan lagu daerah dari suku lain. 

Namun, dengan perkembangan masa, tentu defini di atas perlu juga ditilik ulang. Ini untuk merangsang milenial mau untuk bergabung dalam 'genre' lagu daerah. Lihat saja Eka dengan 'cover' lagu Anging Mamiiri dan karya lagu Tersimpan di Hati. Dan, Eka bisa dengan mudah masuk dalam kategori pencipta dan perekam ulang lagu daerah, kan?. Yang terpenting, tujuan seni yang melestarikan budaya tercapai.  

Lirik Bertutur Sederhana yang Indah

Karena memang Eka adalah seorang 'speech composer', maka lirik lagu lagunya adalah apa yang muncul dari bahasa sehari hari. Ragam musik akustik Nusantara yang mengiringi dan video yang ia sertakan memperkuat rasa puitis dari lirik lirik yang sederhana.  Lagu Eka disukai dan bahkan 'trending' dengan pembacaan melebihi 6 jutaan. Sesuatu yang berangkat dari keisengan bisa 'trending' dan bahkan melegenda.

Ada kegairahan baru di lagu Tersimpan di Hati,  berbagai bahasa Nusantara digunakan dalam lagu yang mempersatukan Milenial. Mungkin ini berbeda dengan lagu daerah semacam Walang Kekek dari Jawa atau lagu Si Patokaan dari Sulawesi Utara, namun ini membangkitkan kegairahan berbahasa Nusantara. 

Selamat Datang Eka Gustiwana!. Selamat datang lagu daerah Nusantara ala Milenial. 

Pustaka : Satu     Dua   Tiga  Empat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun