Sebagai obyek wisata Jakarta, kita tidak hanya mempunyai Taman Ismail Marzuki tetapi beberapa hal lain. Setiap sore, kita akan menyaksikan tontonan Ondel Ondel yang melewati Jalan Cikini. Juga setiap pagi kita akan menemukan arti jadul Tan Ek Tjoan yang terkenal dengan roti gambangnya atau sering disebut ganjel rel.Â
Bubur Cikini atau Burcik juga legendaris. Di sini juga terdapat sekolah Perguruan Cikini atau Percik yaitu sekolah anak anak orang kaya zaman dulu.
Warung yang ada di sepanjang Jalan Cikini juga adalah bangunan kuno yang dibuat sekitar tahun 1940-1950an. Bakoel Koffie adalah kafe modern pertama di Jakarta.Â
Adanya seni trotoar yang dibangun pada 2015 tentu menjadikannya lebih berseni dan indah.Â
Beberapa kota dunia seperti Arnhem juga merawat seni trotoar dengan baik. Mengapa kita malah merusaknya?Â
Saat ini seni trotoar Cikini rusak. Trotoar telah berganti dengan batu batu bergeronjalan karena dibongkar. Area yang ada di depan Bakoel Koffie belum rampung, sementara area seberangnya yang berdekatan dengan Menteng Huise dibangun dengan tidak istimewa. Sangat berbeda dengan desain mural yang telah dibuat pada 2015.
Pembangunan trotoar Cikini sendiri didanai dari APBD sebanyak Rp 55 miliar. Sebagai warga DKI tentu hal seperti ini membuat mata saya terbelalak.
Sebetulnya, revitalisasi ini baik, apalagi dinding di beberapa wilayah Cikini dan Kali Pasir telah menjadi mural. Ini akan membuat Cikini lebih berseni.Â