Dalam upacara ini, air atau jus jahe banyak dimanfaatkan. Ini menggambarkan bahwa ketenangan dan kedamaian serta penuh cinta selama upacara, dan kehidupan yang makmur dan sejahtera akan hadir di antara semua.
Pada upacara ini, semua harus saling memaafkan dan dalam suasana damai. Benci dan dendam harus hilang pada saat itu. Upacara ini menempatkan kebersamaan, penghargaaan dan penghormatan kepada orang tua. saling menghargai
Yang menarik, tetua adat di kalangan masyarakat Dayak tidak harus selalu laki laki. Terdapat pencalonan perempuan, misalnya Ibu Lucia Baya Kallang, untuk menjadi tetua adat. Ini menarik. Di Kalimantan, tetua adat harus dikonfirmasi dan disetujui oleh pemerintah.
Dayak, Identitasnya, dan Indonesia sebagai Bangsa yang Perlu Menghargai Warganya
Sebetulnya, bukan hanya soal nama Dayak dan nama masyarakat Dayak, soal nama Indonesia  juga menjadi bagian pergumulan kita. Nama Indonesia yang berarti India Belanda, adalah nama kolonisasi, yang menempel walau sudah merdeka. Â
Dalam hal Dayak, adalah masyarakat adat yang kemudian mempertahankan identitias Dayak untuk kemudian digunakan sebagai pemersatu ketika terjadi rapat damai Tumbang Anoi.
Dalam pertemuan itu, identitas penduduk asli Kalimantan ini dikatakan bukanlah identitas yang dikonstruksi dan direkonstruki. Pertemuan itu menyebutkan tanpa malu malu bahwa suku Dayak adakah suku yang dengan sadar memiliki falsafah hidup Huma Betang atau rumah panjang.
Ini memiliki makna bahwa identitas masing masing suku dan bangsa di negeri ini memiliki posisi setara. Negara perlu punya kearifan pada persoalan semacam ini. Kitapun sebagai warga negara perlu terus mendorong kesetaraan di antara sesama warganya.Â
Pustaka : 1) Borneo; 2) Suku Dayak; 3) Suku Dayak 2; 4) Nama di Suku Dayak Kenyah; 5) Adakah Dayak Melayu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H