Suatu saat pak Mantri pulang membawa cerita tentang seorang anak yang sakit sakitan. Nama anak ini Vagina. Si orang tua tentu tak mengetahui arti nama itu. Setelah proses diskusi dan edukasi, pak Mantri menyarankan orang tua sia anak untuk mengganti nama.Â
Pertimbangannya, nama adalah penting dan juga terdapat nama yang bisa mempengaruhi secara psikhologis. Di masa dewasa, anak tersebut tentu akan masuk dalam masyarakat sosial. Tak mungkin ia hidup baik bila namanya akan menjadi olok olokan. Alhasil, nama itu diganti.Â
Dan, secara ajaib, anak perempuan itu menjadi sehat. Setelah nama si anak perempuan diganti, maka ia sehat wal afiat. Ini menarik, tetapi kita percaya bahwa nama adalah penting.Â
Penggantian Nama dan Upacara AdatÂ
Di kalangan suku Dayak, upacara pemberian nama dan penggantian nama adalah penting.
Sebuah artikel di Borneo post menuliskan tentang pengalaman seorang Jurnalis tentang proses penggantian nama di kalangan suku Dayak Kenyah.Â
Upacara pemberian atau penggantian nama, atau sering disebut Pusau Ngalang Anak, dilakukan melalui upacara adat agar masyarakat luas mengenal. Ini juga untuk kehormatan pemilik nama. Penghulu Paul Balan Kalang, tetua adat yang menjadi nara sumber koran itu menyebutkan bahwa pemberian nama dilakukan dengan hati hati, dan bagaimana kesesuaiannya dengan anak.Â
Kalangan tua dan keluarga akan menilai nama itu dari sisi keturunan, dan nama keluarga atau nama adat dipertahankan melalui upacara itu. Yang menarik, nama adat Kenyah seringkali tidak muncul atau tertera di KTP.
Di kalangan masyarakat suku Dayak Kenyah, pemberian nama dilakukan antara usia 1 sampai 10 tahun. Biasanya, diperlukan 100 anak sebelum suatu upacara dilakukan. Karena mahalnya penyelenggaraan upacara, kadang kadang anak anak baru mendapatkan namanya setelah berusia 10 tahun atau bahkan ketika telah dewasa. Acara ini dilakukan sekali selama 10 tahun atau lebih lama. Â
Upacara pemberian nama memang cukup njlimet. Upacara memerlukan persiapan sekitar sebulan. Makanan dan akomodasi bagi tamu serta kelaurga besar dipersiapkan. Ini termasuk soal baju tradisional dan roncean mote mote.
Pada upacara itu, nama yang dipilih dipanggil sebelum sebuah rotan dilengkungkan hingga menjadi dua dan dibakar bagian tengahnya. Bila api menyala dan membakar rotan serta membagi rotan menjadi sama panjang, artinya, nama itu sesuai dengan si anak. Bila tidak sama, maka nama lain akan dipilih dan ritual akan akan diulang hingga prosesi sesuai dengan yang diharapkan.